Lihat ke Halaman Asli

Zia ul Haramein

Jangan mati sebelum menulis

Penyesalan Berbuah Ampunan-Nya

Diperbarui: 20 Februari 2021   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap perbuatan baik seringkali mendatangkan keberuntungan bagi pelakunya. Jika tidak dibalas oleh Allah di dunia, maka ia menjadi pemberat timbangan amal baik di akhirat kelak. Amal salih juga dianjurkan oleh Rasulullah untuk mengiringi perbuatan buruk yang seringkali dilakukan manusia. Perbuatan baik dapat menggugurkan dosa-dosa kecil yang kerap kali terlupakan. Beliau memerintahkan,

"Bertakwalah pada Allah di mana pun kamu berada, iringilah perbuatan keji dengan kebaikan yang dapat menghapusnya, dan bergaullah dengan akhlak yang terpuji". [HR. al-Tirmidzi]

Dalam hadis riwayat Muslim, suatu hari Nabi didatangi seseorang yang secara tergopoh-gopoh memohon untuk dijatuhi hukuman. Lelaki itu terlihat amat menyesali dosa yang baru saja diperbuatnya. Dengan setengah memaksa ia meminta pada Baginda Nabi , "Wahai Rasulullah, aku baru saja melakukan sebuah dosa, aku telah bercumbu dengan seorang wanita. Tolong jatuhkanlah hukuman hadd padaku sekarang juga." Rasulullah tanpa menjawab apapun membiarkan lelaki itu mengakui kesalahannya. Dirinya seakan sedang menganalogikan bahwa dosa yang ia lakukan memiliki konsekwensi yang sama dengan berzina. Sebab perintah Allah jelas; "Janganlah kau dekati zina", jika hukuman hadd paling berat bagi pelaku zina adalah dengan cara dirajam, maka 'mendekati' zina pun tentu ada hukumannya, cambuk misalnya. Mungkin hal semacam ini yang saat itu dipikirkan oleh lelaki tersebut sehingga ia bersikeras agar Nabi menjatuhkan hukuman baginya.

Namun Rasulullah belum menetapkan apapun baginya hingga waktu shalat tiba. Walhasil, lelaki tersebut diabaikan sesaat oleh Nabi untuk menjalankan shalat bersama para sahabat. Selepas shalat, tanpa putus asa lelaki itu kembali melancarkan niatnya dan kembali meminta Nabi menghukumnya. Namun kali ini Nabi menimpalinya dengan sebuah pertanyaan singkat,

"Apakah barusan engkau ikut shalat berjamaah bersama kami?"

"Iya, wahai Nabi".

"Maka dosamu telah diampuni", pungkas Nabi .

Kisah di atas selain memberikan afirmasi bahwa kebaikan dapat mengugurkan dosa, juga mempertegas bahwa tidak semua perkara keburukan dapat dicarikan hukumannya. Bukan karena Nabi menyepelekan dosa tersebut, atau karena dosa itu termasuk yang jarang terjadi. Tetapi inilah keistimewaan 'pandangan' Beliau terhadap umatnya. Andai saja saat itu Baginda Nabi memandang lelaki tersebut dengan pandangan hina, tentu -paling tidak- deraan cambuk telah membekas di punggungnya. Seandainya Nabi selalu merasa jijik dengan setiap pendosa yang mendatanginya, lantas menghukumnya tanpa belas kasih, maka Islam yang kita kenal hanyalah sebuah keyakinan yang penuh dengan kebrutalan penghukuman mereka yang berdosa.

Ternyata segala pengandaian itu tidak pernah terjadi dalam derap sejarah hidup Rasulullah . Sosok Mulia ini telah mengajarkan kepada kita para pengikutnya untuk senantiasa memandang pendosa sebagai sesama makhluk Allah. Pandangan yang penuh dengan kasih sayang. Sebab tidak ada orang yang luput dari dosa. Dan sebaik-baiknya manusia yang berdosa ialah mereka yang mau kembali pada Rabb-nya; bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.

Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah bersabda,

"Setiap anak-cucu Adam adalah pelaku kesalahan (dosa), dan sebaik-baik pelaku kesalahan ialah mereka yang bertaubat". [HR. al-Tirmidzi]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline