[caption caption="http://news.sky.com/story/1632170/will-japans-negative-interest-rate-work"]
Pada hari Jumat bank sentral Jepang (BoJ) mengumumkan menerapkan suku bunga negatif yang mengejutkan, suku bunga acuan jepang akan ditetapkan sebesar -0,1% (minus) yang berarti perbankan yang seharusnya memberikan bunga kepada para pemegang deposito malah akan mengenakan biaya kepada para pemegang deposito. Kebijakan tersebut diambil untuk menekan merosotnya ekonomi Jepang yang merupakan ekonomi terbesar ketiga dunia.
Hal ini tentu menjadi hal yang aneh di mana selama ini kita tahu suku bunga selalu positif di Indonesia. Hal tersebut membuat perspektif baru mengenai suku bunga. Dari beberapa sumber, ternyata suku bunga negatif yang diterapkan oleh BoJ bukanlah yang pertama kali di dunia. Sebelumnya Eropa telah lebih dulu menerapkan suku bunga negatif. Pada 5 Juni 2014, gubernur bank sentral Uni Eropa (ECB) menurunkan tingkat suku bunga deposito menjadi -0,1% bahkan sebelum itu pada 2012 Swedia dan Denmark juga pernah menerapkan suku bunga deposito negatif sebesar -0,2% atas deposito bank.
Kenapa Suku Bunga Negatif Diterapkan?
Kenaikan dan penurunan suku bunga untuk mempengaruhi inflasi dan pertumbuhan ekonomi sudah pernah saya tuliskan di tulisan sebelumnya disini
Bila dilihat yang terjadi di Jepang penerapan suku bunga negatif adalah langkah menekan pemerosotan ekonomi Jepang yang terlihat sebagai langkah yang putus asa setelah berbagai kebijakan yang ditempuh tidak juga berhasil. Setelah sebelumnya Jepang mengadopsi kebijakan Quantitative Easing (QE) yang diterapkan oleh Amerika tidak juga dapat membantu menekan kemerosotan ekonomi Jepang. Pada keadaan normal, bank sentral akan menurunkan suku bunga untuk dapat memberikan stimulus kepada perekonomian yang sedang lesu untuk meningkatkan inflasi sebagai indikator ekonomi yang lebih bergairah. Akan tetapi tingkat suku bunga jepang telah menyentuh 0% hingga tidak dapat lagi menurunkannya. Oleh karena itu, Jepang menggelontorkan dana 80 triliun yen per tahun ke pasar finansial yang merupakan program QE tersebut, tapi tidak juga berhasil hingga akhirnya seperti tidak ada pilihan lagi Jepang menurunkan tingkat suku bunga yang telah 0% menjadi negatif.
Apa yang akan terjadi dengan diterapkannya suku bunga negatif? Dengan diterapkannya suku bunga negatif, para pemegang deposito bank diharapkan akan menarik uangnya dari bank dan membelanjakannya hingga ekonomi dapat terdorong dan target inflasi dapat tercapai, lalu bagaimana dengan pinjaman? Kalau bunga pinjaman juga negatif, apakah itu berarti pinjaman tersebut tidak akan bertambah malah akan terus berkurang dengan bunga pinjaman negatif? Sayangnya tidak, bunga negatif hanya berlaku untuk deposito.
Melihat bahwa kebijakan suku bunga negatif yang diterapkan Jepang bukanlah yang pertama diterapkan di dunia, seefektif apakah pengaruh dari kebijakan tersebut? Ternyata kebijakan suku bunga negatif yang pernah diterapkan oleh Denmark pada tahun 2012 tidak berpengaruh banyak pada perkenomian negara tersebut tidak perjadi pertumbuhan kredit secara signifikan juga tidak terjadi penarikan besar-besaran dari para deposan seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
[Tingkat deposito dan penyaluran kredit di Denmark Q2 2007 - Q4 2013]
Sumber : Forbes
Oleh karena itu, penerapan suku bunga negatif tersebut lebih terlihat sebagai suatu langkah putus asa Jepang yang berusaha menekan kemerosotan ekonominya yang telah terjadi sejak 2009. Walau dengan diterapkannya suku bunga negatif pasar merespon dengan positif dengan naiknya indeks saham di Jepang, harga yang dibayar juga tidak sedikit dengan merosotnya harga mata uang yen di berbagai transaksi perdagangan.