Lihat ke Halaman Asli

zhulya

Zhulya Nur Chofifa

PKM Pengabdian Masyarakat Undip Mengolah Limbah Kulit Siwalan sebagai Briket Media Tanam

Diperbarui: 21 Agustus 2021   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produk Briket Media Tanam (dokrpi)

Seperti yang kita ketahui pandemi Covid-19 telah melanda dunia termasuk Indonesia. Adanya pandemi Covid-19 ini menuntut semua pekerjaan dilakukan di rumah dan meminimalisir untuk keluar rumah, hal tersebut bertujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. 

Peristiwa tersebut menuntut masyarakat untuk lebih kreatif menghadapi permasalahan yang terjadi sehingga memunculkan trend baru dikalangan masyarakat, salah satunya berkebun. Trend berkebun di rumah ini sebagai bentuk pelarian melepaskan penat di tengah pandemi dan sebagai momentum mendekatkan manusia dengan alam. Adanya trend ini membuat permintaan akan kebutuhan bercocok tanam, seperti media tanam melambung.

Adapun Tuban merupakan kawasan lahan kering sehingga lahan tersebut kebanyakan ditanami pohon siwalan. Menurut Badan Pusat Statistik (2019), luas lahan perkebunan siwalan mencapai 133,88 hektar sehingga pohon siwalan sendiri sebagai potensi unggulan dari Tuban. 

Adapun menurut data Kuliner Domestik Tuban (2018) produksi siwalan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 6.333.194 kg yang terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Dari produksi siwalan tidak pernah terbesit dibenak masyarakat untuk memanfaatkan kulit buah siwalan sehingga hanya menjadi limbah yang tidak memiliki nilai jual. Padahal kulit buah siwalan merupakan bahan kaya serat yang memiliki kerapatan rendah yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket media tanam.

Dari adanya permasalahan tersebut tim PKM Pengabdian Masyarakat UNDIP yang beranggotakan Siti Hardiyanti, Zhulya Nur Chofifa, Mochamad Aries Ekaputro, Angga Rizki Utama dengan dosen pendamping Ir. R. TD. Wisnu Broto, MT membuat inovasi briket media tanam dari limbah kulit siwalan. Kegiatan pengabdian dilaksanakan di Desa Kembangbilo, Tuban yang mana desa ini memiliki limbah kulit siwalan yang cukup melimpah.

Kegiatan Sosialisasi di Balai Desa Kembangbilo (dokrpi)

Nah, lalu bagaiman cara pembuatan briketnya?

Pertama siapkan alat dan bahannya, untuk bahannya sendiri perlu kulit siwalan, tepung tapioka, dan kotoran ternak. Sedangkan alatnya perlu alat penggiling, wadah, paralon 15 cm, dan pengaduk. Untuk tahap pembuatannya keringkan kulit siwalan, setelah kering giling kulit siwalan menggunakan mesin penggiling. 

Campur hasil gilingan kulit siwalan dengan kotoran sapi dan tepung tapioka yang sudah dijadikan lem dengan perbandingan serat kulit siwalan:kotoran sapi:lem tepung tapioka yaitu 1:1/2:1. Lalu aduk adonan hingga rata kemudian cetak pada paralon dan diamkan sampai adonan menyatu.

Dengan adanya kegiatan pemanfaatan limbah kulit siwalan menjadi briket media tanam tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan limbah kulit siwalan sehingga mengurangi pencemaran lingkungan dan juga menjadi proyek percontohan di Tuban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline