Hikikomori apaan itu ? Kok kedengarannya Jepang banget ya. Baiklah bagi yang belum pernah mendengar istilah ini, saya akan menjelaskan terlebih dahulu. Secara bahasa hikikomori bermakna ‘menarik diri, dibatasi’, atau ‘penarikan diri secara sosial secara akut’. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan sebuah fenomena yang terjadi pada orang-orang yang sukar bersiosialisasi, yang akhirnya memilih untuk menarik diri dari kehidupan sosial, dan seringkali melakukan isolasi dan penutupan diri dalam tahap yang ekstrem, dikarenakan berbagai macam penyebab/faktor secara personal maupun sosial dalam kehidupan mereka.
Fenomena ini sangat lazim di Jepang, dimana hal tersebut telah sedemikian parahnya sehingga memaksa pemerintah disana untuk melakukan beberapa langkah penanggulangan. Beberapa riset telah dilakukan untuk menganilis fenomena hikikomori ini. Biasanya fenomena ini terjadi pada masyarakat menengah keatas, dimana figure seorang ayah hilang karena terlalu sibuk sedangkan ibu menjadi terlalu memanjakan dan protektif.
Penyebab langsung seseorang menjadi hikikomori umumnya karena masa lalu yang kelam dan tidak terbiasa terhadap suatu kegagalan. Hal ini terjadi bisa karena hikikomori tersebut adalah seorang korban bullying, kehilangan orang yang sangat penting baginya, ditolak cintanya, kegagalan bisnis, dan lain-lain . Yang pasti hal tersebut haruslah sangat berat dan mengakibatkan sesuatu yang traumatik bagi sang hikikomori tersebut.
Lalu apakah Hikikomori juga terdapat di Indonesia ? bagaimana saya bisa mengetahuinya ? Ya karena saya sendiri adalah contoh dari hikikomori tersebut. Selama 3 tahun antara tahun 2012 sampai 2015, saya hidup mengurung diri dikamar, keluar hanya untuk makan minum kurang dari 2 jam. Lebih tepatnya hal itu terjadi setelah saya gagal dalam pengerjaan skripsi dan dimarahi oleh dosen pembimbing. Apabila hal tersebut menimpa orang lain mereka akan dengan mudah pulih dan bangkit lagi menganggap hal tersebut hanyalah suatu kejadian sepele yang tidak penting. Namun saya mengidap schizopheria dimana saya menganggap suatu hal secara berlebihan.
Apakah yang terjadi pada diri saya pada saat itu ? saya merasa takut bertemu orang lain, gemetar, berkeringat, berpikir bahwa orang lain akan menilai diri secara buruk atau bahkan akan menyakiti saya. Padahal dalam hati kecil dan otak saya berpikir bahwa hal tersebut sebenarnya tidak benar, tidak akan terjadi. Saya ingin bergaul dan berteman, namun entah mengapa saya tidak berani untuk melakukan hal tersebut. Seakan-akan memerlukan usaha dan keberanian yang luar biasa untuk melakukan sesuatu yang bagi orang lain terlihat amat sangat sepele.
Hal ini karena saya dahulu pernah menjadi korban bullying, terutama sekali pada masa SMP. Pada saat itu saya menjadi bahan bercandaan satu kelas, tanpa ampun termasuk guru. Hal yang paling saya ingat adalah ketika guru memarahi saya diruang guru. Saya tidak tahu mengapa setelah kejadian tersebut, saya menjadi lebih pendiam dan menutup diri, hampir-hampir tidak punya teman. Pada masa SMA orang-orangnya jauh lebih baik namun saya terlanjur sudah menjadi malas untuk bersosialisasi. Mungkin karena saya pendiam bertingkah seperti anak kecil, mereka tidak menyangka bahwa hal tersebut karena social phobia yang pernah saya alami. Saya tahu mereka menjahili saya karena menganggap itu lucu, namun hal tersebut sama sekali tidak benar. Pada masa kuliah saya rasa tidak perlu dibicarakan lagi yah.
Baiklah saat ini saya sudah jauh lebih baik dan tidak mengalami gejala itu lagi . Namun satu hal yang saya amat sangat sesalkan adalah saya kehilangan 3 tahun saya sia-sia. Padahal hal tersebut bisa untuk melakukan sesuatu hal yang jauh lebih bermanfaat, misalnya bergaul, berorganisasi, bekerja atau apalah yang amat sangat jauh lebih produktif. Masa 3 tahun yang berharga sudah tidak mungkin akan saya dapatkan lagi.
Oke saya telah mencurahkan sebagian dari dari masa lalu dan unek-unek saya. Dan saya mengharapkan jangan sampai ada lagi orang yang mengikuti jejak busuk dan buruk saya ini. Cukup saya saja yang menderita dan rusak masa depannnya. Tetap semangat dan hayo mari bersosialisasi teman-teman !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H