Lihat ke Halaman Asli

Susanti Susanti

Apoteker Susanti

Perayaan Ulang Tahun Dewa Kelenteng di Tanjung Balai Karimun

Diperbarui: 27 Mei 2018   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan Tanjung Balai Karimun (Tampak dari Lantai Atas Kelenteng Ma Zu)

Ini Kelenteng ya? Iya... Itu Kelenteng ya? Iya... Wah, banyak ya kelenteng yang identik dengan warna merah di Tanjung Balai Karimun ini. 

Kelenteng merupakan tempat ibadah umat Konghucu, untuk menyembah dewa-dewi yang dipercaya dapat mengabulkan doa dan membawa berkah. 

Alkisah, dewa-dewi yang disembah umumnya pernah hidup sebagai manusia, dan memiliki keahlian atau kontribusi bagi warga.

Terus kenapa ada perayaan di Kelenteng ini, tetapi tidak ada di Kelenteng itu ya? Nah, karena dewa-dewi yang disembah dalam tiap kelenteng berbeda, maka hari besar yang dirayakan tiap kelenteng juga berbeda pula. 

Hari besar yang dirayakan umumnya adalah hari ulang tahun dewa-dewi dalam kelenteng. Tanggal hari besar tersebut adalah berdasarkan kalender lunar. Acara perayaan pun dapat bermacam-macam, dan terkadang dirayakan bukan pada hari H tersebut.

Ini ada cerita perayaan ulang tahun beberapa dewa kelenteng di Tanjung Balai Karimun:

1. Yuan Tian Shang Di, Pulau Gunung Papan

Yuan Tian Shang Di, Pulau Gunung Papan

Yuan Tian Shang Di dipercaya mampu menjaga ketenteraman bangsa dengan menaklukkan makhluk-makhluk jahat yang berulah. Hari ulang tahun Yuan Tian Shang Di adalah pada bulan tiga tanggal tiga, yang mana pada tahun 2018 ini jatuh pada hari Rabu, 18 April. Karena beberapa pertimbangan, perayaan dilakukan pada hari Sabtu, 21 April 2018.

Kelenteng ini terletak di Pulau Gunung Papan yang memerlukan perjalanan kapal laut sekitar 40 menit dari Pulau Karimun. Jadi, ada umat yang memfasilitasi kapal feri agar ratusan umat dari Pulau Karimun dapat menuju Pulau Gunung Papan secara gratis. Setiba di Pulau Gunung Papan, para umat mempersembahkan dupa terlebih dahulu pada dewa.

Perayaan dilakukan dengan acara makan bersama di lapangan depan Kelenteng. Ada sekitar 50 meja bulat yang masing-masing dapat diisi dengan 10 kursi. Umat perlu membayar sejumlah tertentu untuk dapat menikmati makanan satu meja tersebut. 

Ada yang membayar untuk makan bersama teman-teman atau keluarga, ada juga yang satu meja dibayar secara patungan oleh beberapa orang. Umumnya, makanan yang disajikan adalah makanan non-halal, tetapi ada juga beberapa meja yang disediakan khusus menyajikan makanan halal bagi tamu undangan, seperti warga sekitar, dan pejabat pemerintahan setempat. Sambil menikmati makanan enak, para umat juga dihibur oleh para penyanyi lokal di atas panggung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline