Lihat ke Halaman Asli

Nasi Perang Padri, Kuliner Bonjol Untuk Bekal Perperangan

Diperbarui: 21 Februari 2024   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih ingatkah kamu dengan perang padri? Perang antar kaum ulama dengan kaum adat Minangkabau karena perbedaan pandangan hidup. Lalu Belanda datang menambah percikan perperangan, karena itulah kedua kubu ini bersatu dalam melawan Belanda. Hingga pada akhirnya Tuanku Imam Bonjol sebagai pemimpin diasingkan ke Manado, wilayah perperangan tersebutpun menyimpan banyak peninggalan bersejarah, salah satunya adalah bekal makanan saat mereka berperang. Bekal perang? Bagaimana peninggalannya, sih?

Nah, bekal yang dibawa oleh para pejuang dalam berperang simple tapi sangat mengenyangkan. Bekal makananya terdiri dari nasi putih panas ditaburi dengan bawang goreng yang dibalut daun pisang yang sudah dihangatkan. Lauknya ada ikan asin yang sudah direbus lalu di panggang sebentar dan dibungkus dalam daun pisang Dibungkusan daun pisang lainnya ada sayuran seperti jengkol, rimbang yang juga sudah direbus. Makan nasi tanpa sambal tentunya kurang! Sambal hijaunya juga dibungkus di dalam daun pisang. Terakhir yang tidak boleh tinggal, sebagai pelengkap tambahan yaitu minyak kelapa dan telur dadar yang disediakan terpisah.

Membayangkannya saja sudah membuat perut merontak-rontak. Ketika semua bungkusan daun pisang dibuka aroma ikan asin dan minyak kelapa sangat mendominan. Apalagi ketika membuka sambal hijaunya yang sangat menggugah selera dan pedasnya pas. Makanan ini dibandrol dengan harga 20 ribu rupiah saja, sudah mendapatkan porsi yang cukup besar! Bekal ini hanya bisa ditemukan di Caf Zero Degrees tepat di garis khatulistiwa, juga bersebelahan dengan Museum Tuanku Imam Bonjol di Kecamatan Bonjol, Lubuk Sikaping, Sumatra Barat.

Tempat ini cukup ramai di jam 4 sore, padahal bukan jam makan siang saat dikunjungi. Banyak pengunjung yang datang dari luar Bonjol, mulai dari Padang, Painan, Solok hingga luar Sumatra Barat yaitu, Batam dan Medan yang baru saja sampai saya temui. Meski lokasinya tidak berada di pusat kota Sumatra Barat, para pengunjung rela datang jauh-jauh demi mencicipi bekal perang padri yang cukup unik. Jarang-jarang bekal dijadikan kuliner khas, bekal perang ratusan tahun lagi!

 "Saya merasa seperti pejuang, yang baru selesai makan siang sehabis berperang, Ini bisa dibuat untuk makan siang besok saat berperang karena porsinya banyak sekali!. Apalagi, saya baru saja menaiki dan menuruni Gunung Tajadi tempat pertahanan kaum Tuanku Imam Bonjol. Sebelumnya juga sudah melihat-lihat isi musem di sebelah" ucap salah satu pengunjung caf tersebut, Abie. Tepat di belakang caf ini terdapat peninggalan benteng pertahanan di perbukitan, yang disebut Gunung Tajadi.

Jika kamu ingin merasakan menjadi pejuang tanah air, kamu cocok mengikuti saran dari Abie! Dengan adanya bekal, peninggalan bentengnya, dan peninggalan atribut seperti pedang dalam masa perang padre, membuat kita lebih menyadari akan nilai-nilai para pejuang dahulunya dalam mengusir para penjajah sekuat tenaga, untuk memerdekakan negeri kita. Baiknya kita saling bahu membahu untuk menjaga dan merawatnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline