Lihat ke Halaman Asli

Athiyyah NazhifahRamandha

Saya Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Sriwijaya

Perkembangan Keamanan di Kawasan Asia Pasifik dalam Konteks Persaingan Kekuatan Maritim antara China dan Amerika Serikat

Diperbarui: 6 November 2024   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan antara China dan Amerika Serikat di kawasan ini semakin memanas, terutama di sektor maritim. China telah melakukan klaim yang kontroversial atas sejumlah pulau dan wilayah di Laut China Selatan, yang juga menjadi klaim yang disengketakan oleh beberapa negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Sementara itu, Amerika Serikat telah meningkatkan kehadiran militernya di kawasan tersebut sebagai bagian dari kebijakan "pivot" atau "rebalancing" Asia, dengan tujuan untuk mempertahankan kebebasan navigasi dan menegakkan aturan hukum internasional.

Perkembangan ini telah menciptakan ketegangan yang meningkat di kawasan Asia Pasifik. Ketegangan tersebut terutama termanifestasi dalam insiden-insiden militer kecil, peningkatan aktivitas militer, serta retorika yang semakin keras antara kedua belah pihak. Selain itu, negara-negara lain di kawasan ini juga terjebak dalam dinamika persaingan ini dan terpaksa memilih antara kedua kekuatan besar tersebut. Dalam menghadapi kompleksitas situasi ini, penting untuk mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari persaingan kekuatan maritim antara China dan Amerika Serikat. Konflik potensial di kawasan ini tidak hanya akan memiliki dampak regional, tetapi juga dampak global yang signifikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya diplomasi yang intensif dan kerjasama multilateral yang lebih besar untuk mencegah eskalasi konflik dan mencapai stabilitas jangka panjang di kawasan Asia Pasifik.

Dengan demikian, perkembangan keamanan di kawasan Asia Pasifik dalam konteks persaingan kekuatan maritim antara China dan Amerika Serikat menimbulkan tantangan yang serius bagi stabilitas regional dan perdamaian global, dan memerlukan solusi yang bijaksana dan terencana secara hati-hati.

Teori yang dipakai pada isi tersebut ialah teori keamanan kompleks. Teori keamanan kompleks menekankan bahwa hubungan bilateral antara China dan Amerika Serikat tidak dapat dipahami secara terisolasi, tetapi harus dilihat dalam konteks lebih luas dari interaksi kawasan Asia Pasifik. Dalam hal ini, faktor-faktor seperti perangkat keamanan multilateral, perjanjian perdagangan, dan dinamika politik regional dapat mempengaruhi dinamika persaingan kekuatan maritim antara kedua negara.

Penulis setuju dengan isu tersebut karena, baik China maupun Amerika Serikat telah menerapkan kebijakan maritim yang agresif dalam menegakkan kepentingan mereka di kawasan tersebut. Hal ini termasuk pembangunan infrastruktur militer di pulau-pulau terpencil, peningkatan kehadiran militer di perairan sengketa, serta konfrontasi diplomatik terkait kebebasan berlayar di laut-laut internasional. Oleh karena itu penulis ingin melihat kebijakan maritim apa saja yang telah diterapkan oleh China dan Amerika serikat.

Kebijakan Maritim yang agresif yang diterapkan baik oleh China maupun Amerika Serikat memiliki implikasi yang sangat besar dalam dinamika keamanan dan geopolitik di Kawasan Asia Pasifik. Pada dasarnya, kedua negara ini bertujuan untuk memperkuat kehadiran dan pengaruh mereka di kawasan tersebut, namun dengan pendekatan yang berbeda. Penjelasan lebih lanjut mengenai kebijakan maritim agresif ini memerlukan pemahaman mendalam tentang konteks sejarah, kepentingan nasional, serta dinamika hubungan antara kedua negara tersebut.

China telah menerapkan kebijakan maritim yang agresif sebagai bagian dari upaya untuk merealisasikan ambisi geopolitik dan ekonominya di kawasan Asia Pasifik. Salah satu aspek terpenting dari kebijakan maritim China adalah klaim wilayah maritim yang luas, terutama di Laut China Selatan. China telah mengklaim sebagian besar wilayah ini sebagai wilayahnya, yang bertentangan dengan klaim dari negara-negara tetangganya seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei. China juga telah membangun dan memperkuat infrastruktur militer di pulau-pulau terpencil di Laut China Selatan, seperti Kepulauan Spratly dan Paracel, yang dikelilingi oleh sengketa wilayah. Langkah ini mencakup pembangunan landasan pacu, instalasi radar, pangkalan udara, dan pos militer lainnya. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kehadiran militer China di kawasan tersebut serta untuk menegaskan klaimnya atas sumber daya alam yang kaya di perairan sengketa.

Selain klaim wilayah yang luas, China juga telah meningkatkan kehadiran militer secara aktif di perairan sengketa, khususnya di Laut China Selatan. China secara teratur melakukan operasi militer di kawasan ini, termasuk patroli kapal-kapal angkatan laut, kapal penjaga pantai, dan pesawat militer di sekitar pulau-pulau terpencil yang menjadi pusat sengketa. Tindakan ini sering kali memicu ketegangan dengan negara-negara tetangga serta dengan Amerika Serikat, yang dianggap sebagai penjaga keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut. China juga terlibat dalam konfrontasi diplomatik terkait kebebasan berlayar di laut-laut internasional. China telah memperluas klaimnya terhadap perairan internasional, termasuk Laut China Selatan, yang dianggap oleh banyak negara sebagai jalur perdagangan utama. China sering kali melakukan tindakan provokatif terhadap kapal-kapal asing yang berlayar di perairan yang diklaimnya, termasuk melalui penegakan hukum yang keras dan penghalangan fisik.

Di sisi lain, Amerika Serikat juga telah menerapkan kebijakan maritim yang agresif dalam menegakkan kepentingan mereka di Kawasan Asia Pasifik. Amerika Serikat memiliki kehadiran militer yang signifikan di kawasan tersebut, dan sering kali dianggap sebagai penjaga keamanan dan stabilitas. Amerika Serikat telah melakukan operasi kebebasan berlayar di perairan internasional, termasuk di Laut China Selatan, sebagai bentuk perlawanan terhadap klaim maritim yang luas yang dinyatakan oleh China. Selain itu, Amerika Serikat juga secara aktif melakukan latihan militer bersama dengan sekutu dan mitra di kawasan tersebut, termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Australia, untuk meningkatkan kemampuan pertahanan maritim dan menunjukkan komitmen terhadap keamanan regional.

Dalam Menghadapi isu perkembangan keamanan ini, China maupun Amerika Serikat telah menerapkan kebijakan maritim dalam menegakkan kepentingan mereka dikawasan tersebut. Kebijakan maritim yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap China ialah:

  • Kebijakan Operasi Kebebasan Berlayar (Freedom of Navigation Operations/ FONOPs), Amerika Serikat secara rutin melakukan FONOPs di sejumlah wilayah yang dipersengketakan, termasuk di Laut China Selatan. FONOPs bertujuan untuk menegaskan hak kebebasan berlayar dan penerbangan di bawah hukum internasional, terutama Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS), yang dituduh oleh China untuk melanggar. (Bahri, M., 2020)
  • Amerika Serikat memberikan dukungan militer dan teknis kepada negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang terkena dampak klaim maritim yang kontroversial dari China, seperti Filipina dan Vietnam. Bantuan ini meliputi pelatihan militer, penjualan senjata, dan bantuan keamanan lainnya untuk memperkuat kemampuan pertahanan maritim mereka. (Nur, A. I., 2016)
  • Amerika Serikat terlibat dalam berbagai organisasi regional seperti ASEAN Regional Forum (ARF) untuk mendiskusikan isu-isu keamanan maritim dan mempromosikan dialog antara negara-negara anggota untuk mencapai solusi damai terkait persengketaan wilayah. (Darmawan, A. B., & Ndadari, G. L., 2017)
  • Amerika Serikat telah meningkatkan kehadiran militer di Kawasan Asia Pasifik, termasuk melalui penempatan kapal perang, pesawat tempur, dan pasukan di pangkalan-pangkalan militer di daerah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap keamanan regional dan mendukung sekutu-sekutunya. (Dugis, V. M., 2015)

Tentu China tidak tinggal diam dan menerapkan berbagai kebijakan untuk menegakkan kepentingan negaranya sendiri, kebijakan yang diterapkan oleh China diantaranya:

  • China telah mengklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai wilayahnya. Klaim ini sering kali bertentangan dengan klaim dari negara-negara tetangganya, termasuk Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei. Ketegangan terkait klaim ini secara langsung mempengaruhi hubungan China dengan Amerika Serikat, yang mendukung kebebasan berlayar di perairan internasional. (Delanova, M. O., & Yani, Y. M., 2022)
  • China juga telah meningkatkan kemampuan angkatan lautnya dengan memperkuat armada kapal perang, kapal induk, dan kapal selam. Peningkatan ini bertujuan untuk menegaskan kekuatan maritim China dan memperkuat klaimnya terhadap wilayah-wilayah yang dipersengketakan. (Planifolia, V., 2017)
  • China secara rutin melakukan patroli maritim di perairan sengketa di Laut China Selatan dan Laut China Timur. Kapal-kapal penjaga pantai China juga sering kali melakukan penegakan hukum yang keras terhadap kapal-kapal asing yang dianggap melanggar wilayah yang diklaim oleh China. Hal ini telah menyebabkan insiden-insiden yang meningkatkan ketegangan antara China dan Amerika Serikat. (Andikara, A. P. B., & Munandar, A. I., 2021)
  • China telah melakukan pembangunan infrastruktur militer di pulau-pulau terpencil di Laut China Selatan yang dikelilingi oleh sengketa wilayah, seperti Kepulauan Spratly dan Paracel. Hal ini termasuk pembangunan landasan pacu, instalasi radar, pangkalan udara, dan pos militer lainnya. Langkah ini telah menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat dan mendapat kecaman karena dianggap melanggar ketentuan hukum internasional. (Djelantik, S., 2021)
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline