Lihat ke Halaman Asli

Zheerlin LarantikaDjati

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Menilik Film Loetoeng Kasaroeng, Tonggak Sejarah Perfilman Indonesia

Diperbarui: 17 September 2023   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber : IMDb)

Loetoeng Kasaroeng membuka peluang bagi industri perfilman Indonesia untuk berkembang. Film yang rilis tahun 1926 ini disutradarai oleh orang Belanda bernama G. Kruger dan L. Heuveldorp. Dilansir dari Kompas.com, film ini menggunakan pemeran Indonesia, meskipun disutradarai oleh sutradara Belanda. 

Cikal Bakal Industri Film di Indonesia

Gambar bergerak di Indonesia pertama kali dibawa oleh orang-orang Belanda pada tahun 1900-an. Gambar bergerak ini awalnya sebagai hiburan bagi orang-orang Eropa dan elit pribumi. Film mulai berkembang karena adanya perkembangan teknologi (Astuti, 2022, h. 6). 

Film pertama kali dipertontonkan pada 5 Desember 1900 di Tanah Abang, Batavia. Video rekaman perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag menjadi video pertama yang dipertontonkan (Batubara, 2020). 

Pada masa itu, film masih berupa film bisu dan berwarna monokrom. Studio bernama bioscoop menjadi tempat pemutaran film pada masa itu. Oleh karena itu, pribumi mengidentifikasikan bahwa film pada masa itu disebut sebagai "Gambar Idoep" (Batubara, 2020). 

Kesuksesan industri perfilman Indonesia kini berkembang dengan pesat. Akan tetapi, di balik kesuksesan tersebut terdapat film yang menjadi tonggak keberhasilan film Indonesia. 

Kesuksesan industri ini dimulai dengan kemunculan film pertama Indonesia, yaitu Loetoeng Kasaroeng (1926). Film ini menjadi salah satu tonggak sejarah perfilman Indonesia. Film fiksi  ini diadaptasi dari cerita rakyat tanah Sunda. 

Dibalik Film Loetoeng Kasaroeng 1926

(Sumber : National Geographic Indonesia)

Berkembangnya film Indonesia dimulai dengan film pertamanya yaitu Loetoeng Kasaroeng. Rumah produksi NV Java Film Company mengambil bagian besar dalam proses produksi film bisu ini. 

George Kruger yang berdarah Belanda-Jawa, kali ini dibantu oleh L. Heuveldorp pada proses pembuatan film ini. Sinematografi G. Kruger dan arahan dari L. Heuveldorp menghasilkan karya film yang legendaris. 

Meski disutradarai oleh orang Belanda, orang pribumi menjadi aktor dan aktris utama dalam film ini. Tidak sembarang pribumi yang dipilih untuk menjadi pemeran film. Dilansir dari Kompas.com, orang pribumi yang dipilih dari golongan priyayi yang berpendidikan, yaitu Maroana dan Oemar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline