Lihat ke Halaman Asli

Zhee Rafhy

Penulis Amatir

Cerpen | Euforia Patah Hati

Diperbarui: 19 Mei 2019   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pintaram.com/t/girlishthoughts

Rasanya sudah agak lama, atau mungkin memang sudah lama. Tetapi yang pasti harus aku akui, aku tidak tahu kapan kita benar-benar sepakat untuk memulai kisah ini. Ketika yang lain sibuk merayakan aniversary hubungan mereka yang entah baru berjalan sebulan, dua bulan, setahun, bahkan mungkin seminggu. Tetapi aku dan kamu memilih tak merayakan apapun atas hubungan kita sampai pada hari ini.

Semuanya tetap berjalan normal seperti hari-hari biasanya. Kau tetap sibuk dengan pekerjaanmu dan aku pun tetap sibuk dengan rutinitasku. Nyaris tak ada yang berbeda setelah kau berada disisiku mengusir bayang-banyang awan gelap yang hinggap di seyumanku yang tawar. Tak ada rasa, tak ada warna, kecuali hanya sekedar sunggingan hampa yang menggantung di bibirku.

Kau bilang kau akan selalu siap untuk memberi rasa, warna, dan juga mengembalikan senyumku yang hilang beberapa hari terakhir ini. Kau paham betul aku baru saja patah hati dari kekasihku yang sering aku ceritakan padamu. Ini bukan kali pertama kita bertemu kan? Tetapi melaingkan pertemuan pertama kita kembali setelah aku memutuskan untuk sendiri.

Dan aku mencoba untuk memahami kembali kata-kata yang kau lontarkan itu yang mungkin tak lebih untuk sekedar menghibur hati seorang sahabatmu yang terluka. Hanya saja aku yang keburu salah paham dan mengartikannya lain. Aku terlanjur kecele dan seharusnya aku tak perlu mengundang perasaan canggung menjadi orang ketiga di antara kita. Lalu kita berpisah dengan cara yang begitu singkat dan sederhana.

Aku pulang sendirian menggunakan kendaraan umum. Kau tak mengantarkanku pulang sampai kerumah seperti biasanya, dan aku pun tak ingin meminta. Aku sudah cukup merasa bersalah memulai kesalah pahaman ini. Sepanjang jalan perasaanku hanya dipenuhi rasa tak karuan dan aku terlupa akan patah hatiku sesaat dan dihinggapi oleh patah hati yang baru.

***

"Kau tahu, aku sama sekali tidak menyangka bisa mendapatkan hatimu." Katamu berbisik ke telingaku.

Aku hanya menoleh ke arahmu sambil tersenyum tipis. Kata-kata itu sudah sering kali kau ucapkan. Dan aku sudah hampir hapal saat-saat dan suasana kau akan mengucapkannya kembali. Seperti saat kau memberikan kejutan-kejutan kecil, saat kita sedang terdiam dalam pikiran masing-masing, saat kita ingin berpisah dari sebuah pertemuan singkat, saat aku sedang menyandarkan kepalaku ke pangkuanmu dan masih banyak saat lainnya.

            Saat ini aku sedang menyandarkan kepalaku di pangkuanmu sambil menonton drama korea kesukaanku yang tak kunjung selesai aku habiskan semenjak aku mengunduhnya sekitar satu bulan yang lalu. Sedang kau memainkan ponselmu sambil bersandar di sisi tempat tidurmu yang spreinya masih tetap sama dengan sprai yang kau kenakan sekitar dua minggu yang lalu.

Kau pernah bilang kalau kau sedikit kepayahan menggati seprai tempat tidurmu yang cukup besar. Mungkin perlu setidaknya dua orang untuk menggantinya, meski sebenarnya juga bisa di lakukan seorang diri. Hanya saja aku tahu kamu cukup malas melakukan aktifitas yang harus memaksamu berputar-putar kesana kemari mencocokkan setiap sudutnya dan merapikan lipatan-lipatannya.

"Aku tidak cukup pandai melakukan hal-hal yang seharusnya di kerjakan oleh seorang perempuan." katamu seolah sedang menyindirku. Kau tertawa ngakak setelahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline