Lihat ke Halaman Asli

Peran Mahasiswa Indonesia Menghadapi Badai Krisis Moral

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mahasiswa punya potensi yang besar juga mempunyai tantangan dan tanggung jawab di zamannya. Tantangan mereka diantaranya adalah menjaga generasinya tetap baik dan lebih baik dari yang dulu. Sebagai agen perubahan yang dituntut untuk ambil peran di dalam tantangan ini yang berupa perubahan sosial. Perubahan ini mengikuti zamannya seperti Globalisasi dan Modernisasisehingga hal ini timbul kehawatiran masyarakat akibat perubahan sosial karena ada hal yang bernilai besar yaitu Krisis moral. Semua masyarakat tidak ingin melihat moral bangsa ini rusak. Perdaban yang sejak dulu kita bangun dan jaga haruskah hancur berakhir ceritanya sampai disini?. Tututan zaman yang selalu meminta lebih dari penghunianya, mengharuskan bangsa ini harus berlari cepat secepat mungkin untukmengejar ketertingalan dalam bayak hal seperti Ekonemi, Politik, Sosial, dari bangsa lain. Maka kompitisi yang baik ini jika mahasiswa sebagai jargonnya bangsa ini serta statusnya sebagai generasi yang terdidik dalam mehadapi tantangan dengan baik hasilpun insyaallah akan baik pula begitupun sebaliknya.

1.Krisis Moral

Sudah lama terdengar dipendengaran kita bahwa bangsa ini terus menerus menangis berlarut-larut tidak henti-hentinya meratapi peradaban masyarakat yang sudah mulai rusak tercemar virus negative. Virusinidapatdidiaknosisadalahproblembangsa yang menjangkitimulaidarisektorEkonomi, Politik, SosialdanBudayahampir semuaelemanbangsaterjangkitisampaihinggaakhirnyaberujungpadapuncaknya yaitu moral bangsayang sekarang dirasakan inilahinti kerusakanperadabanitusendiri. Moral bangsa yang dulu di kagum-kagumiolehbangsa-bangsalain,sekarangsudahmulaidipertanyakankembali, lalu diamanakahadat bangsa timur yangsejakdulumenjujungtingginilaimoral ?. pertanyaan ini perlu direnungkan oleh sebagian mahasiswa karena masihakankahtetapmoral bangsa kita menjadikebanggaandari ciri khas bangsaini, ketikasudahtidakadalagi yang lebihdiharapkandariNegara !.

Dapat kitayakinibukanhanyaIslam yang sangatmengedepankan moraltapiagama lain pun juga punya kepedulian moral. Hal ini bukan maksud untuk membenarkan agama mereka akan tetapi dalam artian sejatinya semuamanusia itumempunyai kesamaan dalam kebebasan untuk memilih mana yang dijadikan pedoman untuk berbuat, bertingkah laku dalam kehidupan bersama. Hal-hal separti itulah yang termasuk nilai moral atau Etika. Nilai moral itu akan memberikan petunjuk, pertimbangan, dan tuntunan untuk berbuat dengan penuh rasa tanggung jawab, karena pada dasarnya moral adalah bagian dari kepribadian (personality). Manusia yang bermoral adalah manusia yang dapat memfungsikan ketiga potensi cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (kehendak) secara baik. Perilaku bermoral seperti jujur, adil, dan kasih sayang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia dan menumbuhkan ketentraman, kedamain, dan kesejahteraan antara manusia.

Namun sikap bermoral tidaklah lebih mudah mengatakannya daripada melakukannya, realitasnya banyak dari masyarakat kita yang lebih senang bertindak amoral tetapi mendatangkan keuntungan dibandingkan bermoral yang tidak membuat keadaan lebih baik. Timbulnya tindakan kriminal seperti perampokan, pengeboman, pemerkosaan, pembunuhan, korupsi yang setiap hari menghiasi Media Massa maupun media elektronik. Adapun yang lebih mengerikan ada orang tua yang menghamili anak kandungnya, Nampak seolah-olah di Indonesia tidak adalagi manusia yang bermoral. Hal ini tentunya membuat rasa sedih dan malu bagi kita sebagai bangsa yang beragama dan mejungjung peradaban ketimuran.

Bencana krisis moral sebagai tantangan mahasiswa sekarang yang melanda berbagai lapisan masyarakat didalam perubahan sosial politik dan ekonomi. Akibatkan perubahan yang identik dengan kekuasaan ini banyak mereka yang tidak Bisa membedakan baik dan buruk sesuatu. Ketika kebijakan politik sebagai pendorong pertubuhan ekonomi sepertinya pemberdayaan subsidi, kenaikan bahan pokok beasiswa bagi pelajar dan lain-lainnya ini mendorong pertumbuhuhan ekonomi.Akan tetapi di beberapa intansi politik atau pemerintahan bangsa ini terkesan buruk di mata dunia. Relitasnya pemain politik bangsa ini mendahulukan kehendak demi kepentingan diri atau kelompok tanpa meghiraukan orang lain. Meraka tidak sadar telah merugikan bahkan sampai menyensarakan masyarakat. Kondisi seperti ini manusia telah lupa akan hekikatnya, baik sebagai makluk yang bertuhan, makluk sosial, maupun sebagai mahluk individu sehingga tidak menjalankan amanah menjalani hidup dengan optimal, justru mereka melakukan tindakan-tindakan amoral seperti korupsi, kolusi, nepotisme serta tindakan-tindakan buruk lainnya. Pemandangan budaya ketidakjujuran, ketidakadilan, dan kecurangan-kecurangan yang kesemuanya yaitu hanya untuk kepentingan sesaat.

Dilanjutkan adanya perubahan sosial hukum dan budaya sebagai tantangan mahasiswa dengan adanya para penegak hukum tidak lagi menegakan keadilan, parabirokrat dan pejabat negara asyik berlomba-lomba KKN, sedangkan rakyat kecil lebih banyak menerima akibatnya. Tindakan tersebut memberikan pengaruh psikolagi kepada masyarakat karena amanah sebagai penegak hukum yang menyeleweng kepercayaan masyarakat, kepercayaan masyarakat kurang, lebih ironisnya lagi hukuk di Indonesia bisa dibeli dan membudaya. Hal ini sudah merasuk dalam sendi kehidupan masyarakat yang memecah persatuan dan kesatuan yang suatu saat dapat menghancurkan peradaban bangsa ini. Diringi perekonomian yang terpuruk dan penuh tindakan amoral sebagai contohnya pendidikan seiring dituduh sebagai biang keroknya. Dunia pendidikan dianggap telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara serentak dan seimbang. Realitasnya dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan akan tetapi melupakan pengembangansikap atau nilai dan perilaku dalam pembelajarannya akibatnya menghasilkan manusia-manusia yang tidak memiliki nilai moral. Pendidikan juga lebih sebagai alat kebebasan karena mengabdi pada kekuatan politik yang cenderung penuh dengan intrik-intrik tidak sehat dan tidak bermoral. Jika bangsa ini memproduksidan di isi dengan orang berpedidikan tinggi sekelas mahasiswapun yang punya potensi sangat bagus namun dengan moral yang rendah maka bisa dipastikan bangsa dengan penduduknya mayoritas Islam akan dicap dengan manusia rendahan atau amoral dan hilanglah citra nama baik bangsa yang sejak dulu di bangun oleh nenek moyang bangsa ini.

Sebagia faktoryang melatar belakangi krisis moral bangsa ini adalah efek negative dari modernisasi dan globalisasi yang tidak mungkin dihindari pada zaman Modern yang sudah menjadi kebutuhan dan tututan hidup serta perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kita rasakan ketergantuan kita akan manfaat mereka. Namun dari ketergantungan ini juga membawa dampak yang perlu kita pikirkan terutamanya dalam segi etika. Seyokyanya zaman yang dipenuhi oleh krisis ini janganlah sampai moralpun terkikis, seperti Sikap munculnya sikap Individualistik yang berdampak masyarakat merasa dimudahkan dengan adanya teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial yang saling melengkapi dan mebutuhkan satu sama lain.

Pengaruh teknologi yang berkembang pesat terhadap ideologi masyarakat kita yang menjunjung nilai moral tinggi , jadi dengan kata lain : membicarakan faktor-faktor yang mempengaruhi, sehingga ediologi terpengaruh,sebelum itu prasyarat mental yang perlu ada di dalam suatu masyarakat yang ingin menerapkan teknologi modern. Jika prasyarat itu terpenuhi maka terjadilah masyarakat itu akan terpengaruhi oleh teknologi.seharusnya ideologi suatu bangsa merupakan suatu yang kekal dan tidak selalu berubah-ubah. Jika mudah terpengaruh berarti, ideology itu belum tertanam dalam keadaan masyarakat terguncang karena tidak adanya nilai-nilai yang dapat di pergunakan sebagai pegangan. Keadaan seperti ini tentunya kita tidak kehendaki. Maka perngetahuan prasyarat mental perlu di ketahui. Maka hal ini Mejadikan masyarakat kita menjadi masyarakat yang konsumtif bukanmengarah kepada produktif.

Dampakyang kedua gaya hidup kebarat-baratan yang dalam hal ini sebagian ideologi masyarakat kita lemah. Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia perlu adanya penyaringan. Sebagian gaya negatif ini mulai menggeser budaya pribumi asli seperti halnya pepatah Madura mengatakan

ngempek beleng ben yergep beleng”

yang artinya : suatu barang yang sudah diusahakan dengan sungguh sungguh untuk kita dapatkan atau menjaganya lepas tersia-sia begitu saja, karena ingin masih mencari yang lain contonya budaya barat adalah anak tidak lagi sopan santun kepadaorang tua, kehidupan bebas remaja tanpa batas, budaya Punk, Tato dan masih bayak yang lain. Dampakyangketiga Kesenjangan Sosial yaitu Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yangdapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain. Hal ini tentu menimbulkan kesenjangan sosial.



2.Peran Mahasiswa Indonesia

Perubahan demi perubahan yangberasal dari mahasiswa telah diupayakan bisa berupa pemikiran dalam bentuk kreativitas, aktivitas,produktivitas dan sportivitas. Juga berupa aksi sebagai ciri khasnya dianggap sebagai pembawa perubahan besar. Belakangan ini dapat kita lihat disana-sini pasukan demo menolak peningkatan harga BBM yang dianggap tradisi kaum intelektual dalam mengkritisi dan mengawal kebijakan pemerintah sekaligus menyampaikan pesan masyarakat. Mahasiswa sebagai generasi emas dengan potensinya yang luar biasa diantaranya adalah usia kesempatan belajar ,intelektualisme, idealisme diusia yang muda merupakan usia produktif dalam berfikir, belajar dan berkarya dandari sinilah pera mahasiwa punya bentuk tangung jawab dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang bermoral walapun tidaklah mudah, hal ini memerlukan suatu keberanian moral setiap individu untuk bertindak. Keberanian moral dalam menegakkan kejujuran, keadilan, dan kebenaran haruslah memperhatikan nilai-nilai keseimbangan potensi cipta, rasa dan karsa. Oleh karena itu, keberanian moral harus sistematis, bukan hanya idea yang menyebar. Jika hal ini terjadi, maka gerakan penegakkan kejujuran, keadilan, dan kebenaranakan berjalan lebih sistematis dan terarah kepada target yang hendak dicapai.

Keberanian moral mahasiswa juga telah diukir sejarahnya oleh para perintis kemerdekaan Indonesia yang dipelopori gerakan para pemuda dan mahasiswa dalam menggerakan arus reformasi. Seiring dengan takdir tuhan melalui keberanian moral mereka, bangsa Indonesia berhasil melawan penjajah yang melecehkan menjajah dan bangsa ini lima setengah abad yang lalu. Lengsernya presien Suharto juga harus diakui karena gerakan keberanian moral kaum muda terutama para mahasiswa yang dilakukan dengan demo besar-besaran pada bulan Mei 1998. Gerakan keberanian moral ini bukan sekedar agar presiden Suharto turun dari jabatannya, namun tujuan lebih jauh adalah untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan negara agar dapat keluar dari krisis multidemensi.

Dapat kita sesuaikan dengan kejadian ini ilmuawan yaitu perpektif Fisher dan kawan-kawannya dalam konflik menjadi kekerasan pada zaman Suharto dan masih sekarang terjadi ialah hubungan antara dua pihak dan lebih yang memiliki atau yang merasa memiliki saran yang tidak sejalan sedangkan sedangkan kekerasan adalah tindakan, perkatan, sikap, sebagai struktur atau sistem yang meyebabkan kerusakan secara fisik , mental, sosial dan lingkuangan atau memenghalang seseorang untuk meraih potensinya secara penuh. Ketikakonflik berubah menjadi kekerasan jasmani dan rohani akibatnya pertama saluran dialog atau wadah untuk mengungkap perbedaan pendapat kurang memadahi, ketidak sepakatan, kedua keluhan yang terpedam tidak didengar dan segera diatasi, ketiga ketidaksetabilan, ketidakadilan dan ketakutan dalam masyarakat yang lebih luas. Hal seperti ini yang dialami bangsa kita ternyata meresahkan dan kehawatiran menghatui masyarakat kita oleh segudang problema bangsa, lalu adakah keberanian moral pahlawan dalam para mahasiswa sekarang seperti dulu lagi ?, Sejarah akan mengukir dan menjawabnya di masa depan!.

Mahasiswa sebagai agen perubahan yangdalam hal ini sebagai peran dan tanggung jawabnya menyambut modernisasi dan globalisasi tentu akan menghadapi banyak tantangan zaman seperti krisis moral sebagai inti dari kerusakan itu sendiri. Budaya Budi pekerti sebagai budaya yang dibangun oleh nenek moyang kita dan juga sebagai ciri khas bangsa ini. Sejauh ini kita tau tetntang agama krisis moral dapat kita tangani sebagai seorang muslim. Dapat kita yakini dengan kualitas iman dan takwaserta menjunjung tinggi nilai-nilai kepribadian bangsa maka derasnya arus modern dan globalisasitidak akan menjadi persoalan justru sebaliknya akan bermanfaat positif bagi kemajuan bangsa kita. Kita mengetahui agama adalah faktor utama dalam menggerakkan moral dan prilaku manusia sehingga dengan dengan factor keterpengaruhan krisi moral akibat globalisasi dan lainnya dari pemahaman dan pengalaman agama itu sendiri.

Maka sekaranglah saatnya pahlawan mahasiswa yang di nanti Keberanian moral dalam proses terciptanya masyarakat bermoral, adil dan makmur. Keberanian moral mahasiwa sebagai mengawal kebijakan pemerintah dalam segala aspek kehidupan seperti politik, hukum dan lain-lain. Hal ini bukanlah sebagai tututan lagi dizaman modern akan tetapi ini adalah sebagai sebuah kewajiban mahluk beragama dan sosial. Dalam wacana kebutuhan bangsa bukan hanya sosialisasi kebutuhan masyarakat kita yang perlu disampaikan kepada Negara akan tetapi masyarakatpun lebih perlu juga mendapat sosialisasi kebutuhan mereka yang nantinya diharapkan tidak ada kesalahpahaman persepsi dalam kebijaksanaan pemerintah dengan masyarakat. Mahasiswa ditakdirkan terlahir untuk punya jiwa pencipta, pengabdi dan pengajar. Sejarah mencatat pergolakan dalam terjadi disetiap zamannya, jika tidak mengukir sejarah dengan baik sekarang maka sejarah dan generasi yang akan menuntut kita sebagai penghuninya yang pastinya dipertanyakan keadaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline