Lihat ke Halaman Asli

Zarna Fitri

Terus bermimpi

Melepas Belenggu

Diperbarui: 28 Mei 2022   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen "Melepas Belenggu" oleh Zarpit

Hari telah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Namun jemariku masih tetap bertahan di atas keyboard laptop untuk mengetik tugas esok hari. Yach laporan instrumen analisis yang harus kuselesaikan segera karena besok praktikumnya mulai pukul delapan pagi. Jadi tidak ada waktu lagi untuk tidak mengerjakannya.

Terkadang mata tidak lagi bersahabat. Karena dari tadi ia memekik untuk segera dipicingkan. Tidak. Laporan harus selesai. Harus. Tidak boleh tidak. Apalagi ada dua laporan yang harus kuselesaikan. Yach yang satu lagi adalah laporan temanku. Meskipun sama-sama instrumen analisis namun aku perlu mengeditnya agar tidak dibilang copy-paste oleh dosen. Itu suatu keharusan yang mesti kulakukan. Memang tidak ada akad dengannya kalau dia pinjamkan laptop aku juga harus selesaikan tugasnya. Seolah mengalir begitu saja. Lagipula dia juga belum mengerjakan. Maklum.

"Tidur, Za," kata Titi teman sekamarku yang terbangun dari tidurnya.

"Ntar lagi, Ti," jawabku sambil terus mengetik.

"Udahlah, kamu nggak perlu buatin punya Jeni segala. Biar ntar dia copy aja," ujar Titi lagi.

"Nggak apa-apa kok. Ini juga tinggal dikit lagi.

"Baru pembahasan gini kamu bilang dikit lagi?. Titi berusaha duduk dari tidurnya. Za, kamu udah terlalu sering tidur malam. Ntar kamu sakit lho. Lihat tu badan kamu dah kurus banget sekarang. Nggak baik tidur malam terus.

"Tapi, Ti

"Tapi apa? Kamu harus buatin tugas setiap orang yang kamu dipinjami laptop. Gitu?. Suara Titi meninggi. ZaZa. Itu nggak fair. Kamu nggak perlu melakukan itu. Memangnya mereka siapa? Jam segini kamu belum tidur juga. Sementara mereka? Mungkin sekarang mereka udah memasuki babak kedua mimpinya. Ini bukan sekali dua kali lho. Titi menghela nafas perlahan. Ini berkali-kali. Setiap kamu pinjam laptop pasti adaaaa aja imbalannya. Kamu dimanfaatkan, Za.

"Ya!!" Jawabku keras. Titi tersentak mendengarnya. Aku memang dimanfaatin. Tapi, aku lebih memanfaatkan mereka. Aku bisa menyelesaikan tugas-tugasku dengan baik dan bahkan aku bisa menulis puisi dan cerpenku dengan laptop mereka. Dengan laptop mereka, Ti! Aku mempertegas kalimatku. "Kamu tahu Ti tanpa laptop mereka aku takkan bisa menyelesaikan tugas dari dosen dengan baik. Aku takkan bisa menulis puluhan tulisanku yang telah dimuat di koran. Aku takkan bisa mendapatkan nilai IP yang bagus. Aku takkan bisa .. Aku tak sanggup melanjutkan kata-kataku karena butiran air mata lebih dulu membasahi pipiku. Tak dapat kubendung. Aku larut untuk beberapa saat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline