Beberapa hari yang lalu tepatnya hari Sabtu pagi 17 September 2022, peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka angkatan 2 (PMM2) kembali melakukan kunjungan ke Gedung Merdeka yakni, museum Konferensi Asia Afrika (KAA) yang terletak di pusat kota Bandung yang nama jalannya pun diabadikan menjadi jalan Asia Afrika demi untuk mengingat peristiwa yang sangat bersejarah tersebut.
Kegiatan ini didampingi oleh dosen Modul Nusantara yaitu, bapak Salsa Solli Nafsika, M.Pd beserta satu orang mentor dari Universitas Pendidikan Indonesia. Banyak yang menarik dari sekitaran gedung ini antara lain yaitu pada tembok jembatan penyeberangan orang (JPO) ada tulisan "Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi" tulisan ini diambil dari kata Pidi Baiq yang merupakan seniman multitalenta asal Bandung, kemudian di seberangnya ada lagi tulisan "Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum" tulisan ini diambil dari perkataan M.A.W. Brouwer yang merupakan seorang fenomenolog, psikolog dan juga budayawan. Brouwer sangat dikenal di media masa pada tahun 70-80an, ia menghabiskan waktunya di Indonesia dan akhirnya kembali ke negara asalnya yaitu Belanda dan meninggal, dia terpaksa kembali karena permohonannya untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) tidak dikabulkan.
Secara tidak langsung, dua tulisan ini menjadi viral dan menjadi ciri khas tersendiri, yang paling banyak menjadi sasaran objek berfoto oleh para wisatawan. Kegiatan kunjungan ini dinamakan Kebhinekaan yang bertajuk "Memaknai Nilai Sejarah dan Peningkatan Pemahaman Konsep Bilateral Asia dan Afrika dalam Apresiasi Museum Konferensi Asia Afrika Bandung".
Museum ini menyimpan sangat banyak peristiwa bersejarah. Konon, setelah Perang Dunia II berakhir, dunia terbagi menjadi dua blok yaitu, blok barat dan blok timur.
Blok barat terdiri dari negara-negara berpaham liberalis, sementara blok timur berpaham komunis. Keduanya berebut pengaruh pada bangsa-bangsa lain. 67 tahun silam terjadilah peristiwa Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, yang bertujuan memperjuangkan kepentingan bersama, terutama kedaulatan negara-negara Asia Afrika melawan imperialisme dan rasialisme.
Adapun negara yang menghadiri Konferensi Asia Afrika sebanyak 29 yang terdiri dari 5 negara pengundang dan 24 negara undangan. Negara pengundang yaitu Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Myanmar, sedangkan yang diundang ialah Filipina, Thailand, Kamboja, Laos, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afganistan, Iran, Irak, Arab Saudi, Suriah, Yordania, Lebanon, Turki, Yaman, Mesir, Sudan, Ethiopia, Liberia, Libya, dan Ghana. Pada saat itu ketua konderensinya P.M. Ali Sastroamidjojo dan dibuka oleh Presiden Soekarno pada tanggal 19 April 1955.
Berakhirnya Perang Dunia II, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia. Di beberapa belahan dunia masih ada masalah dan muncul masalah baru.
Adanya penjajahan di bumi kita ini, terutama di Benua Asia dan Afrika, merupakan masalah krusial sejak abad ke-15. Lahirnya dua blok kekuatan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur, semakin memanaskan situasi dunia. Perang Dingin berkembang menjadi konflik perang terbuka. Perlombaan pengembangan senjata nuklir meningkat. Hal tersebut menumbuhkan ketakutan dunia akan kembali dimulainya Perang, sekilas tentang kondisi dunia Internasional sebelum KAA:
Kolonialisme, Dengan ditemukannya jalur laut pada abad ke-15, abad imperialisme dimulai, yaitu dengan dimulainya penjelajahan bangsa-bangsa Eropa yang kemudian menyebar ke pelosok pelosok pedalaman Afrika, Asia, dan benua lainnya pada abad ke-19. Eropa membuktikan keunggulannya di dunia dan membawa seluruh dunia ke bawah pengaruhnya
Orang Eropa yang rakus akan kekayaan, mengeruk sumber alam, memeras tenaga penduduk asli, dan mengubah tatanan hidup yang sudah mentradisi dengan kekejaman.