Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang urgent dan kompleks untuk ditangani. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting Balita Indonesia mencapai 24,4% pada 2021. Artinya, hampir 1 dari 4 balita mengalami stunting dan berada pada kategori sedang berdasarkan standard WHO. Stunting dapat ditandai dengan pertumbuhan anak yang terlalu pendek dibandingkan dengan anak lain seusianya.
Kondisi pertumbuhan yang terganggu dapat menyebabkan berbagai masalah baru di masa yang akan datang, seperti perkembangan kecerdasan yang terhambat, risiko penyakit degeneratif yang tinggi, hingga kebutuhan berobat tinggi yang berujung kepada kemiskinan.
Faktor utama yang menyebabkan stunting pada anak yaitu kurangnya kecukupuan gizi pada masa bayi maupun balita. Faktor asuhan ibu yang kurang baik juga menjadi faktor lain yang berkontribusi besar pada kasus stunting. Contoh pola asuh ibu yang kurang baik antara lain, pemantauan tumbuh kembang anak yang kurang diperhatikan oleh ibu serta jarangnya melakukan kunjungan posyandu.
Salah satu daerah dengan prevalensi stunting tinggi di Indonesia yaitu Kota Semarang. Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Yuli Kurniasih, pada Agustus 2022, terdapat sekitar 1.465 atau 1,53% dari total balita di Kota Semarang yang mengalami stunting.
Penyebab utama stunting di Kota Semarang yaitu asupan gizi yang kurang dan pola asuh yang tidak tepat pada balita. Oleh karena itu, berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk menekan angka stunting antara lain program pendampingan stunting dan keluarga berisiko stunting hingga memaksimalkan kelas ibu hamil dan kelas balita.
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada Bulan Februari lalu dapat menjadi media bagi mahasiswa untuk berkontribusi secara nyata. Salah satu program MBKM yang dilaksanakan pada tahun ini yaitu "Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita untuk Percepatan Penurunan Stunting di Kota Semarang" oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Melalui program tersebut, sejumlah mahasiswa FKM Undip diturunkan di berbagai wilayah kerja puskesmas di Kecamatan Tembalang, salah satunya Puskesmas Pudakpayung.
Berbagai kegiatan yang dilakukan selama program MBKM tersebut yaitu, pemantauan antropometri di seluruh posyandu di bawah wilayah kerja Puskesmas Pudakpayung, serta pencatatan kartu penimbangan dan penyuluhan kepada ibu hamil/balita. Selain program yang berkaitan dengan stunting, Mahasiswa FKM Undip juga ikut andil dalam berbagai program kesehatan lain, seperti Pemberantasan Jentik Nyamuk (PJN) di Kelurahan Pudakpayung dan Gedawang, serta Pemasangan Ovitrap dan Survei Vektor di Kelurahan Pudakpayung dan Gedawang.
Selain program dari puskesmas, Mahasiswa FKM juga membuat dan melaksanakan program mandiri, salah satunya Program Penyuluhan Pentingnya Asupan Gizi pada Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) pada ibu hamil. Program tersebut diusulkan karena salah satu penyebab utama stunting yaitu kurangnya asupan gizi yang cukup. Program tersebut telah dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2022 di Aula Puskesmas Pudakpayung, Semarang.
Edukasi dilakukan dengan memberikan informasi melalui metode ceramah dengan media powerpoint mengenai pentingnya asupan gizi bagi balita beserta tips-tips seputar pola asuh bayi dan balita yang baik, meliputi ASI Ekslusif, MPASI, dan sebagainya. Audiens ibu hamil juga diberikan booklet seputar materi yang dapat menjadi pedoman. Respons audiens tentang program ini cukup baik, ditandai dengan audiens yang mengikuti acara dari awal hingga akhir serta atensi audiens yang terlihat tertarik dengan informasi yang disajikan.
Program Penyuluhan Pentingnya Asupan Gizi pada Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) pada ibu hamil dapat menjadi sumber informasi terkait asupan gizi pada periode 1000 HPK dan pola asuh pada balita yang baik untuk pencegahan stunting. Program ini juga dapat menjadi bukti kepedulian mahasiswa FKM Undip terhadap permasalahan kesehatan di Kota Semarang. Diharapkan program dengan tujuan serupa dapat dilaksanakan untuk membantu percepatan penurunan angka stunting di Kota Semarang.