Lihat ke Halaman Asli

Bahasa sebagai Identitas Diri

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya termasuk salah satu yang menyukai pelajaran Bahasa Indonesia dari SD hingga kuliah. Entah mengapa mempelajari sebuah bahasa sangatlah menyenangkan dan tidak akan pernah membosankan.

Kita semua mengetahui bahwa bahasa adalah alat komunikasi paling vital yang dimiliki oleh seseorang. Bahasa juga merupakan jembatan penghubung antara kata dengan kata yang terucap dari seseorang. Tanpa berbahasa, akan sangat sulit bagi kita untuk mengutarakan maksud, tujuan, dan pemikiran kita. Semua berlaku untuk seluruh manusia yang hidup di muka bumi ini termasuk seseorang yang mengalami kebutuhan khusus sehingga menggunakan bahasa isyarat.

Bahasa yang dimiliki bangsa Indonesia sangat beragam, selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Namun ada pula bahasa-bahasa ibu atau bahasa daerah yang sangat unik dan beragam dari seluruh provinsi di negeri tercinta ini.

Peranan bahasa selain untuk berkomunikasi juga sebagai identitas diri seseorang. Dapat dibayangkan jika seseorang yang asli Indonesia, lahir dan besar di Indonesia, namun tidak memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Ingatkah kita pada salah satu isi rumusan Sumpah Pemuda yang berbunyi : Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ketika itu tentu para pemuda-pemuda Indonesia sudah membuktikan kecintaan mereka akan tanah airnya termasuk dalam berbahasa yang kemudian dikukuhkan  dalam sebuah sumpah yang setiap tanggal 28 Oktober kita selalu memperingatinya.

Apakah semudah itu bahasa Indonesia ‘terlempar’ dari singgasananya? Tergantikan oleh bahasa asing yang kian menyeruak untuk memenuhi kebutuhan global? Terlebih para generasi muda yang kian bangga akan kehadiran bahasa gaul yang lebih membuat dirinya tampil percaya diri. Lebih bangga karena cap ‘gaul’ akan melekat padanya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dan yang dipersalahkan dalam hal ini. Hingga detik ini pun di tiap sekolah sampai perguruan tinggi tetap mengadakan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bahkan kini di beberapa sekolah di luar negeri juga menerapkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran sekolah mereka. Ada pula warga negara asing yang belajar di Indonesia dan tak jarang mereka giat berlatih berbahasa Indonesia. Sepatutnya kita berbangga akan hal itu. Walaupun Bahasa Indonesia belum dapat ‘merajai’ dunia.

Namun bukan berarti seseorang yang belajar bahasa asing  tidak mencintai bahasa Indonesia. Tanpa disadari atau tidak belajar bahasa asing akan semakin menambah kecintaan kita pada bahasa Indonesia baik dalam berkomunikasi maupun menghasilkan sebuah karya.

Kehilangan identitas diri lebih disebabkan seseorang yang lebih mencintai kebudayaan lain dan mengindahkan kebudayaannya sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline