Banyak yang belum memahami makna kata spiritual, bahkan di tayangan layar kaca pun masih dimaknai secara umum bahwa mereka yang bisa melihat hantu atau makhluk halus, atau bahkan praktek perdukunan diartikan sebagai ahli spiritual.
Rujukan saya sangat berbeda; Spiritual berarti SPIRIT behind RITUAL.
Spirit berarti jiwa atau bisa juga dikatakan semangat di balik segala ritual. Misalnya mereka yang dianggap penyembah berhala karena menghargai patung. Bagi para penganut spiritual yang sesungguhnya, mereka melihat adanya kebijakan yang bisa ditiru atau sebagai panutan dari patung tersebut. Misalnya patung Ganesha atau gajah. Leluhur nusantara melakukan persembahan bagi para dewa tersebut karena memahami maknanya.
Gajah melambangkan kekuatan yang bisa melindungi. Bukan hanya terhadap kekuatan jahat dari luar, tetapi juga bila ada keinginan jahat dari dalam diri, dimohonkan agar segera dipunahkan. Bagi pemahaman para leluhur menghargai atau memberikan apresiasi terhadap kebijakan dan kekuatan gajah. Hewan ini dikenal memiliki kekuatan serta kasih sayang. Bila tidak diganggu hewan gajah tidak akan marah, bahkan sering kali digunakan manusia untuk membantu pekerjaan di hutan, mengangkut kayu misalnya. Telingan lebar dimaknai agar seseorang mendengar aspirasi dari orang lain atau kemampuan untuk mendengarkfn keljuh kesah.
Ingatlan bahwa segala sesuatu tidak bisa bergerac bila tidak ada kekuatan Ilahi atau zat Tuhan yang menggerakkan. Inilah yang saya maksudkan sebagai spirit.
Dengan kata lain, yang disembah atau dipuja adalah kemuliaan dari Sang Maha Penggerak. Bila mereka yang mengatakan bahwa penyembah patung sebagai penyembah berhala, maka sesungguhnya pemberhalaan sesungguhnya berasal dari dalam diri sendiri, bukan dipicu dari luar.
Kita semua dilingkupi oleh Tuhan atau Sang Hyang Widhi atau apapun sebutannya. Karena pada setiap tradisi memiliki sebutan yang berbeda. Hal ini tidak berbeda dengan sebuta bagi 'AIR'. Dalam bahasa Inggris disebut water; dalam bahasa Jawa disebut TOYA. Dalam bahasa Sunda disebut CAI. Bahasa Batak AIR adalah AEK.
Hanya karena ketidaktahuan, maka terjadi perselisihan dala kehidupan kita. Demikian juga bila kita bisa saling menghargai kepercayaan yang berbeda, maka dapat dipastikan tidak ada lagi perselisihan. namun demikia, tidaklah mudah bisa saling menghargai perbedaan ini bila tidak memiliki cara berpikir yang luas.
Ini disebabkan karena sejak kecil dalam diri kita telah ditanamkan cara berpikir yang hanya melihat perbedaan, bukan melihat adanya kesamaan dalam setiap perbedaan. Kita melupakan pesan luhur Mpu Tantular Dalam buku Sutasoma, BHINEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGROWA.
Dalam kalimat pertama kata IKA disebut 3 kali.
Bhin-eka : di balik perbedaan ada yang tunggal atau EKA,