Lihat ke Halaman Asli

Zeze Muhammad Bintang

Mahasiswa Iailm Suryalaya ( Dakwah / ilmu tasawuf )

Konsep Syukur Menurut Ulama dalam Kitab Ihya Ulumuddin

Diperbarui: 19 November 2024   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Syukur merupakan salah satu konsep utama dalam Islam yang menunjukkan hubungan hamba dengan Allah SWT. Secara bahasa, syukur berasal dari kata syakara yang berarti "mengakui, memuji, atau menghargai." Dalam Islam, syukur memiliki makna yang lebih mendalam, yaitu pengakuan atas nikmat Allah dan penggunaan nikmat tersebut sesuai dengan tujuan yang diridhai-Nya. Ulama memberikan berbagai penjelasan dan pandangan tentang konsep syukur, baik dari sisi teologi, akhlak, maupun praktik sehari-hari.

Makna Syukur Menurut Ulama

Imam Al-Ghazali

Dalam karya monumentalnya, Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa syukur terdiri dari tiga unsur:

Pengetahuan (ma'rifah): Menyadari bahwa segala nikmat berasal dari Allah.

Keadaan hati (hal): Hati merasa senang dan puas atas nikmat yang diberikan.

Perbuatan (amal): Menggunakan nikmat sesuai dengan perintah Allah.

Al-Ghazali menegaskan bahwa syukur sejati bukan hanya ucapan lisan, tetapi mencakup hati yang ikhlas dan tindakan nyata.

Ibnu Qayyim Al- Jauziyah

Ibnu Qayyim menyebutkan dalam kitabnya, Madarijus Salikin, bahwa syukur adalah separuh iman. Separuh lainnya adalah sabar. Beliau menyatakan bahwa syukur memiliki tiga pilar utama:

Mengakui nikmat melalui hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline