Lihat ke Halaman Asli

The Power of Woman Supremacy

Diperbarui: 18 Mei 2022   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Picture by Ridjam di dribbble.com

Terik pagi menyinari seisi dunia, diiringi dengan kicauan burung dan hawa dingin yang sejuk untuk dihirup. Sudah terhitung seminggu aku tinggal di desa ini untuk mengobservasi tentang seberapa jauh Pendidikan yang ditempuh oleh warga didesa ini, terutama kaum perempuan.

Aku pergi ke suatu sekolah menengah dengan jalan kaki bersama beberapa murid perempuan dari sekolah tersebut. Aku menanyakan tentang apa saja yang mereka dapatkan di sekolah, apa yang diharapkan untuk kebaikan masa depan mereka, dan ingin menjadi sosok yang bagaimana untuk pribadi yang lebih baik. Terutama mengangkat derajat "seorang perempuan" yang masih dipandang sebelah mata jika mereka bersekolah tinggi ingin menggapai cita-citanya. Pemikiran warga desa tersebut juga masih terbilang "cetek" untuk ukuran sebuah pentingnya pendidikan, mereka menganggap dengan sekolah yang setinggi tingginya juga tidak ada apa apanya dengan mengurusi rumah dan anak karena tugas utama seorang perempuan seperti itu, bukan? 

Akan tetapi, bukan namanya perempuan kuat jika tidak berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki nasib. Dengan modal tekad dan keinginan yang sungguh-sungguh tanpa sepengetahuan orang tua. Ada yang bekerja sambilan untuk mengumpulkan lembar demi lembar uang, jika orang tua mereka tidak mampu untuk membiayai jenjang sekolah berikutnya. Ada juga yang meningkatkan kemampuan akademik dan non akademik, agar mereka bisa mendapatkan keringanan biaya atau di tanggung oleh pihak sekolah akan prestasinya.

Aku menyemangati mereka dengan dengan perasaan yakin bahwa mereka bisa melalui semua ini untuk menggapai cita citanya yang di kubur oleh orang terdekat mereka mulai dari keadaan yang terpaksa hingga yang tidak tahu betapa pentingnya Pendidikan.

Sesampainya aku di sekolah, aku teringat akan suatu kenangan dimana aku melihat ada segerombolan anak-anak dengan antusiasnya berceloteh hingga tanpa kusadari itu membuatku tersenyum.

"Aku mau jadi guru saja, tidak diupah pun tidak masalah bagiku yang penting nanti ada yang bisa bersekolah sampai lulus "

"Kalau aku ... aku mau jadi arsitek, nanti bisa buat jembatan supaya anak-anak sekolah bisa melewati tanpa harus basah basahan"

"Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia"-Nelson Mandela

Penulis          : Ghaitsa Shofa  

Penyunting : Melati




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline