Masih melekat di memoriku senandung Ande-ande lumut lagu daerah kediri yang menghantarkan pada buaian mimpi indah tidur nyenyak masa kecilku dalam gendongan hangat sang Abah, sosok yang kuidolakan sejak kecil. Kesabarannya dengan kenakalan tingkah polahku, ketegasannya ketika ku lari dari jam mengaji bakda maghrib yang siap dengan kemoceng di tangannya untuk menakutiku, senyum ramahnya yang membuat hati ini hangat dan bersemangat, kata-kata lembutnya dalam menasehati masih terngiang dalam telingaku.
Masa pensiunnya mengharuskan pulang kampung dan berada pada posisi LDR (Long Distance Relationship) dengan ibunda yang masih bertugas sebagai guru PNS di MTsN Sidoarjo. Keputusan spontanku sebagai bocah usia 7 tahun ikut abah ke kampung merupakan bentuk rasa hormat akan kharismatiknya. Masa inilah menjadikan Abah adalah teman terdekat untuk curhat dan setia mendengarkan kisah-kisah menariknya. Pernah dengan vespa hijau buntutnya, aku diajak bersilaturrahmi ke saudara-saudara di kabupaten lain yang lumayan jauh dari rumah. Vespa berjalan, sambil berjongkok dan terkantuk-kantuk di depan sadel Vespa mendengarkan cerita Abah. Tidak bosan abah bercerita tentang apa saja, entah itu silsilah keluarga, cerita masa penjajahan Jepang dan Belanda di masa remajanya, kesadisan PKI di tahun 60 an, cerita kesaktian para kyai menghadapi para penjajah dan makar negara, bahkan kisah romansa dengan ibunda, seakan diri ini diajak kembali ke masa lampaunya. Cerita Abah terus mengalir dan terekam dalam kenangan indahku yang secara estafet kuceritakan kepada anak-anak.
Kembali ke kampung dan panggilan memakmurkan masjid di depan rumah merupakan naluri Abah sebagai seorang santri alumni Pondok Pesantren Lirboyo. Sebagai seorang tokoh agama di desa, membentuk diriku juga harus pandai dan alim seperti Abah, maka madrasah dan pesantren pilihanku sebagai jalan mengukir masa depan. Pemikiran moderatnya kurasakan dalam dialog-dialog ringan masalah agama dengan beliau. Bahkan beliau juga menerima pandanganku yang berbeda dengannya serta menghormati pemikiranku, angkat topi untuk beliau yang sudah mengajarkan cara berpikir yang moderat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H