I. PENDAHULUAN
Dalam pemahaman iman gerejawi, Baptisan Kudus masuk kedalam bagian sakramen. Dalam gereja Katholik, sakramen terdiri atas 7 bagian sakramen, yakni: Sakramen Baptisan, Ekaristi, Tobat, Krisma, Perkawinan, Perminyakan, dan Imamat. Sedangkan pada Protestan, Sakramen terbagi atas 2 bagian yakni: Sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus. Sakramen merupakan karya dan anugerah Allah, di mana Allah mendatangi manusia untuk mengampuni dosa manusia. Sakramen adalah Firman Allah yang dapat dilihat, disentuh, dan dirasa oleh indera manusia. Oleh sebab itu, sakramen adalah perbuatan Allah bukan perbuatan manusia. Sakramen berasal dari kata Sacramentum yang bermakna seorang prajurit yang menunjukkan kesetiannya kepada seorang kaisar. Maka Baptisan Kudus juga merupakan tanda kesetiaan kita kepada Tuhan.
II. ISI
2.1. MAKNA BAPTISAN KUDUS DALAM ALKITAB
Baptisan Kudus adalah pencurahan air dengan dalam nama Allah Bapa, dan nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan dalam nama Roh Kudus, sesuai dengan pesan Yesus Kristus kepada para murid (lih. Mat. 28:19-20). Manusia pada hakikatnya telah berdosa, dan tidak ada satupun manusia (sejak lahir) yang terlepas dari dosa. Melalui Baptisan Kudus itu, maka manusia dilahirkan kembali menjadi manusia yang baru (bnd. Yoh. 3:5) dan diperbaharui melalui pekerjaan Roh Kudus (Tit. 3:5). Dalam Perjanjian Lama (PL), baptisan sudah dinubuatkan bahwa akan ada sumber pembasuhan dosa dan kecemaran bagi keluarga yang percaya kepada Tuhan (lih. Zak. 13:1). Hal ini sama seperti apa yang dikatakan oleh Yohanes Calvin bahwa Baptisan Kudus terjadi saat kedua orangtua si anak membawanya kepada Baptisan Kudus dengan iman yang sungguh. Dalam PB, Petrus berkata bahwa Baptisan yang benar adalah Baptisan yang menyertakan di dalam nama Yesus Kristus sebab melalui Baptisan itu, maka masing-masing diantara kita akan diberikan pengampunan dosa dan menerima karunia Roh Kudus. Bahkan menurut Paulus, semua orang yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya. Dengan demikian dosa kita telah disalibkan dan kita telah dibangkitkan sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati dan kehidupan kita menjadi hidup yang baru (bnd. Rom. 6:3-7).
2.2. MAKNA AIR DALAM BAPTISAN KUDUS
Penggunaan air sebagai sarana pembasuhan/pemurnian tersebar luas dalam ajaran agama-agama di dunia. Penggunaan air merupakan hal umum dalam kegiatan keagamaan orang Yunani dan Romawi. Dalam PL, tempat suci/Bait Allah memiliki air mancur atau sumber air yang digunakan untuk upacara pembersihan kepada para umat yang dilakukan oleh para pelayan (bnd. Yeh. 47:1-12). Tradisi ini terus dilakukan hingga kepada peristiwa Yohanes Pembaptis. Pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dikenal sebagai baptisan pertobatan, sebuah peralihan menuju cara hidup baru jauh dari kenajisan dan merupakan inisasi ke dalam "Israel Sejati". Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis sebagai pembersihan tubuh yang diikuti setelah orang tersebut melakukan pertobatan. Akan tetapi, baptisan yang dilakukan di dalam nama Yesus Kristus bukan hanya pembersihan dari luar melainkan juga dari dalam hati, sehingga perbuatan benar dapat dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan. Jika dari dalam bersih, maka sisi luarnya pun juga akan bersih (bnd. Mat. 23:25-26). Oleh sebab itu, bukan terletak pada jumlah airnya maupun pelaksanaannya (dipercik mapun diselam) yang terpenting dalam Baptisan Kudus di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus serta kedua orangtua/keluarga membawa mereka dengan iman yang sungguh. Melalui Baptisan Kudus kita telah ikut serta di dalam kematian dan kebangkitan-Nya, maka dengan tegas kita harus mengatakan bahwa Baptisan di dalam Yesus Kristus hanya perlu dilakukan 1 kali seumur hidup.
2.3. Hubungan Baptisan Kudus dan Keselamatan
Pada Matius28:19-20 Yesus memberikan perintah kepada para murid agar mereka pergi memberitakan Injil dan menjadikan bangsa murid-Nya dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Baptisan Kudus merupakan amanat yang diberikan Yesus Kristus kepada para murid yang hal ini dilakukan oleh Gereja. Perintah Allah merupakan janji keselamatan kepada umat-Nya, seperti janji Allah kepada Abraham. Kita semua patut bersukacita jika telah melalui Baptisan Kudus sebab nama kita sudah ada terdaftar di Sorga (lih. Luk. 10:20b). Jaminan ini nyata saat Yesus Kristus berkata kepada Nikodemus, bahwa jika seseorang tidak dilahirkan dari Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (lih. Yoh. 3:5).
Melalui Baptisan Kudus, maka Roh dari Allah yaitu Roh Kudus akan berada dalam diri orang percaya dan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan akan mengingatkan kita akan semua Firman Allah (bnd. Yoh. 14:26). Pada peristiwa hari raya Pondok Daun, Yesus Kristus mengajar pada bait Allah di Yerusalem. Ia berkata kepada banyak orang bahwa barangsiapa yang haus maka datanglah kepada-Nya, dan barangsiapa percaya kepada-Nya maka akan mengalir aliran-aliran hidup (bnd. Yoh 7:37-39).
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa tidak cukup hanya datang kepada Tuhan namun juga harus percaya kepada-Nya (melakukan kehendaknya). Sebab, jika kita bandingakan pada peristiwa 10 orang kusta datang kepada Kristus, namun yang percaya kepada-Nya dan memuliakan Allah hanya 1 orang saja (Luk. 17:9-11). Iman haruslah bekerja sama dengan perbuatan. Sebab melalui perbuatan kita-lah maka iman kita kepada Allah kelihatan. Baptisan Kudus mencapai suatu keselamatan jika kita juga melakukan kehendak-Nya.