Untuk pertama kalinya, Presiden Joko Widodo berpidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB ke-75, 23 September 2020. Menggunakan kemeja biru dan peci hitam, Jokowi berpidato dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa Indonesia.
Mengawali kalimatnya di hadapan seluruh peserta sidang yang berlangsung secara virtual, Jokowi langsung menitikberatkan permasalahan dunia yang kini tengah sama-sama berjuang melawan pandemi Covid-19. Ia menyinggung perpecahan yang justru timbul dalam kondisi seperti ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Seperti kita ketahui, semakin mengkhawatirkan peningkatan kurva kasus positif Covid-19 di tanah air, rupanya dibarengi oleh ketidaksatuan suara rakyat maupun pemerintah dalam menghadapi wabah ini. Saling sikut-menyikut, salah-menyalahkan, hingga saling ketidakpercayaan yang muncul malah memperparah kondisi yang ada dan menurunkan tingkat ketidakpedulian masyarakat untuk satu padu bekerja sama memperbaiki kondisi bangsa.
Jokowi mengimbau kepada rakyat Indonesia, dan juga di seluruh dunia, untuk lebih mengedepankan pendekatan win-win solution dalam mengatasi situasi krisis saat ini. Jangan sampai rivalitas terus meruncing, karena akan membuat kedamaian dan kestabilan dunia sulit dicapai.
Indonesia Konsisten Perjuangkan Kemerdekaan Palestina
Pernyataan Jokowi mengenai pentingnya perdamaian dunia, tentu sangat koherens dengan sikap Indonesia yang mendukung kemerdekaan bagi Palestina.
Sejak dulu hingga saat ini, sikap Indonesia tidak pernah berubah terkait Palestina. Sesuai dengan nilai luhur yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, Jokowi pun kembali mengingatkan posisi Indonesia sebagai negara yang konsisten memperjuangkan Palestina.
Sebagai negara yang pernah merasakan pedihnya penjajahan selama berabad-abad lamanya, perdamaian dan kemerdekaan menjadi hal yang sangat substansial bagi negara ini. Apalagi di masa lalu, Palestina juga menjadi negara yang mengakui kedaulatan Indonesia sebagai sebuah bangsa.
Jokowi mengingatkan, Palestina adalah satu-satunya negara peserta Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, Jawa Barat, yang sampai saat ini belum mencapai kemerdekaan.
Padahal KAA yang digelar 65 tahun lalu, menghasilkan sebuah poin penting bagi dunia yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Dasasila Bandung berisi sikap penting mengenai perdamaian, kerjasama dunia, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Adalah ironi bila sebuah negara yang menghadiri konferensi tersebut nyatanya selama puluhan tahun masih belum merasakan kemerdekaan.