Lihat ke Halaman Asli

Zeqiyah Tri Putri Zuwara

Saya adalah seorang mahasiswi aktif dari Universitas Telkom Bandung

Menelusuri Koleksi Perjalanan Mata Uang yang Historikal dalam Museum Sri Baduga

Diperbarui: 12 November 2023   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Uang, bukan hanya sebagai suatu hal yang secara umum digunakan dalam pembayaran barang dan jasa, benda ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia yang telah berjalan bertahun-tahun bahkan sekian abad lamanya. Sebagai negara yang cukup banyak memiliki kisah perjalanan memilukan serta juga mengharukan hingga mencapai kondisinya yang sekarang. Indonesia, negara kepulauan dengan sejuta keindahan, budaya, dan sejarah, tentunya menitikkan jejak perjalanan panjang dalam kisah perkembangan mata uang yang historikal. 

Mata uang di Republik Indonesia, sedikit banyak mencerminkan evolusi dari ekonomi, sosial, dan politik bangsa ini dari era ke era. Tentunya sangat panjang dan maknawi untuk memahami bagaimana mata uang dapat menggambarkan kondisi suatu negara dari masa ke masa. Maka dari itu, artikel ini dibuat untuk membawa para pembaca mengenali serta juga mengenang sejarah perkembangan mata uang di Indonesia yang memiliki sejuta makna. 

Museum Sri Baduga, merupakan salah satu museum yang terletak di Jalan BKR No. 185, tepatnya di seberang Taman Tegallaga, Kota Bandung. Museum Sri Baduga menyimpan banyak sekali koleksi budaya dan sejarah meliputi arkeologika, geologika, biologi, historika, seni rupa, teknologi, dan masih banyak lagi. Salah satu koleksi historika yang disimpan dalam Museum Sri Baduga adalah dokumentasi dari perkembangan mata  uang di Indonesia sejak Masa Prasejarah hingga Indonesia terbentuk menjadi Republik Indonesia. Penasaran bagaimana sejarahnya? mari simak penjelasan di bawah ini.

Perkembangan Mata Uang dari Masa Prasejarah - Republik Indonesia

Uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan diterima secara umum untuk pembayaran barang, jasa, dan harta kekayaan lainnya, serta bisa dipakai pula buat pembayaran utang (Rollin G. Thomas, 1942). 

(sumber: Museum Sri Baduga)

Dimulai dari Masa Prasejarah, pada masa ini manusia belum mengenal uang, sehingga untuk mendapatkan barang yang diinginkan harus melalui sistem barter. Barter adalah sebuah tahapan penting dalam sejarah uang di dunia, dan dikatakan sangat efektif. Dikarenakan pada Masa Prasejarah, manusia di zaman itu baru mengenal pengolahan logam, maka mereka menggunakan logam sebagai alat tukar yang pada masanya dikenal dengan nama 'Mamuli', sebelum menjadi alat tukar, logam diolah terlebih dahulu dengan cetakan cetakan hingga berbentuk seperti cincin, terompet, serta binatang, proses pengolahan logam ini dikenal dengan istilah 'bivolve'. 

(sumber: Museum Sri Baduga)

Selanjutnya, masuk kepada sejarah mata uang Kerajaan Hindu Buddha (800-1.300 M). Sejalan dengan mulai dikenalnya pelayaran di Nusantara, maka perdagangan tidak hanya dilakukan di satu tempat saja, sebagai akibatnya, terjadi perdagangan antar pulau atau antar negara. Letak geografis  kepulauan Indonesia yang dapat dibilang cukup strategis, menjadikan kepulauan ini sebagai salah satu jalan perdagangan internasional. Pada saat itu, Kepulauan Indonesia banyak melakukan perdagangan dengan India, hasil dari perdagangan ini juga berdampak kepada sosial masyarakat, masuk ajaran agama Hindu Buddha yang karena hal ini akhirnya memunculkan kerajaan kerajaan bercorak Hindu Buddha. Sejarah uang di Indonesia dimulai sejak masa kejayaan Mataram Kuno, kerajaan ini menggunakan koin koin yang dicetak dalam dua jenis bahan yaitu emas dan perak sebagai alat tukar pada masa itu. 

tidak lama setelahnya, masuk ajaran islam ke Indonesia pada tahun 1260-1844, hal ini berpengaruh pula kepada perkembangan mata uang di Indonesia, kerajaan kerajaan bercorak islam mulai bermunculan, dari abad ke-13 hingga ke-19. Pada masa islam ini, beredar mata uang bercirikan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia yang bertuliskan nama-nama penguasa yang biasa disebut 'sulthan' dan tahun hijriah dalam tulisan Arab atau Arab-Melayu (Jawi). Beberapa kerajaan islam lain ada yang menggunakan mata uang dari emas (dirham) ataupun uang-uang asing yang kemudian diberi cap bertuliskan 'sumanap' sebagai tanda pengesahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline