Lihat ke Halaman Asli

andri saputra

mahasiswa

Tukang Nasi Goreng Naik Haji

Diperbarui: 3 Januari 2023   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

malam itu, . Tangan kanan menggenggam pisau terlihat lihai menguliti sepotong ayam dengan santai. Di sebelah gerobaknya, panci besar sedang menanak nasi itu mengepulkan asap. 

Dari kesabarannya bergelut dengan panasnya wajan saban malam, akhirnya membuahkan hasil yang patut disyukuri hidupnya. Dodi febrian mampu menginjakkan kakinya ke tanah suci dari hasil berjualan nasi goreng selama tahun. "Alhamdulilah baru saya sudah berangkat haji tahun kemarin," ujar dodi saat berbincang dengan saya di Jalan antapani, Sentra dago timur, bandung, Minggu pekan lalu. 

dodi sudah menjadi pedagang nasi goreng sejak tahun 1989. Pertama kali dia menginjakkan kaki di bandung, sudah beberapa pekerjaan dia lakoni. Terakhir, bermula dari ikut temannya, dodi memilih untuk bertarung di kerasnya kota bandung sebagai pedagang nasi goreng. Saban hari dia mampu menghabiskan sembilan kilo beras.

Sedangkan untuk akhir pekan bisa meningkat dua kali lipat. "Yah seporsi bisa Rp 17 ribu, itu yang spesial, biasa Rp 14 ribu," ujarnya. Dia mengaku sudah beberapa kali pindah tempat mangkal. Rata-rata dia mencicipi hampir semua wilayah bandung "Yah sudah beberapa kali coba peruntungan dan terakhir di sentra dago," ujar dodi. Menurutnya, saingan berdagang nasi goreng pun tak mudah. 

Di kawasan sentra dago, sentra dago terhitung banyak pedagang nasi goreng tak jauh dari tempatnya mangkal. Ada sekitar empat gerobak nasi goreng ikut mencoba mencari peruntungan di sekitaran dodi berjualan. Itu pun kata dodi belum terhitung dengan pedagang keliling yang biasa melewati rutenya mangkal. "Tenang saja, rezeki sudah ada yang atur, jadi enggak ketuker," ujarnya dengan nada tegas. 

Dodi menuturkan, jika di pangkalan tukang nasi goreng keliling punya sistem jual beli bahan dagangan tersendiri. Semuanya berdasarkan kepercayaan. Setiap pedagang nasi goreng kata dodi punya warung sembako khusus. Biasanya letaknya tak jauh dari pangkalan. Para pedagang mendapatkan kasbon bumbu dan beras secara mudah dari penjualnya."Kita bisa ambil dahulu bayar belakangan, harga seperti telur beda seribu sama di pasar. Hitung-hitung biaya transportasi lah" ujarnya. Saya pun berkesempatan menjajal menu adalan di tempat ini. Setelah menunggu cukup lama, satu piring nasi goreng topping telor ceplok terhidang di atas meja dan siap untuk disantap. Tak ketinggalan acar mentimun dan kerupuk juga ikut menjadi kondimen pendamping. Saat disantap panas-panas, rasa nasi goreng Keluh Kesah benar-benar nikmat menggoyang lidah. 

Perpaduan bumbu, nasi, telor pun termasak dengan baik tanpa meninggalkan bau 'prengus'. Tak terasa satu porsi nasi goreng dengan porsi lumayan jumbo itu tandas tak bersisa. Satu porsi nasi goreng bertabur toping telor ceplok hanya dibanderol Rp17 ribu. Sangat terjangkau bukan? Sementara nasi goreng dengan dua toping seperti jeroan dipatok Rp20 ribu. Menu nasi goreng tanpa jeroan seperti nasi goreng ayam plus telur ceplok seharga Rp18 ribu, kemudian nasi goreng telur saja Rp17 ribu. Ada juga bakmi goreng, harganya Rp20 ribu. Masyarakat yang ingin mencoba olahan tersebut bisa datang langsung ke antapani sentra dago timur, atau cukup memesan lewat Whast apps layanan pesan antar. Nasi Goreng mas dodi Kesah dibuka mulai pukul 20.00 hingga 23.00 WIB. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline