Lihat ke Halaman Asli

Zendy Anisa Qotrunnada

Mahasiswa Universitas Airlangga 2021

Kompromi Dalam Hubungan Bukan Bisnis

Diperbarui: 11 Januari 2025   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompromi Dalam Hubungan

Setiap hubungan membutuhkan kompromi untuk tumbuh dan berkembang. Kompromi bukan hanya tentang memberi atau menerima, tetapi tentang menemukan titik tengah yang saling menguntungkan bagi kedua pihak. Namun, dalam beberapa kasus, pasangan mungkin menganggap kompromi sebagai sesuatu yang mirip dengan perjanjian bisnis---sebuah transaksi atau negosiasi untuk mendapatkan keuntungan masing-masing. Padahal, sebenarnya kompromi dalam hubungan memiliki tujuan yang lebih mendalam dari sekadar "menang" dalam diskusi atau situasi tertentu.

  • Ketidakmampuan untuk Berkompromi

Dalam hubungan yang sehat, kedua pasangan perlu saling mendengarkan, berusaha mencapai solusi bersama, dan menghargai perasaan serta pendapat satu sama lain. Ketika salah satu pihak tidak bersedia untuk berkompromi, dan terus menentang atau mengabaikan pendapat pasangannya, maka itu bisa menjadi tanda bahwa hubungan tersebut tidak berkembang dengan baik. Tanpa kompromi yang sehat, hubungan akan terasa stagnan dan berisiko menuju ketidakbahagiaan.

  • Kompromi Bukan Negosiasi Bisnis

Kompromi dalam hubungan seharusnya tidak dianggap sebagai negosiasi atau perjanjian bisnis. Dalam bisnis, tujuan utama adalah mendapatkan keuntungan atau mencapai hasil yang menguntungkan bagi satu pihak. Sebaliknya, dalam hubungan pribadi, kompromi bertujuan untuk menemukan titik tengah yang menguntungkan kedua pihak dan menjaga keharmonisan bersama. Kompromi yang sehat bukan soal siapa yang "menang" atau "kalah", melainkan tentang kedua belah pihak bekerja sama untuk mencapai kebahagiaan dan kestabilan bersama.

  • Berada dalam Hubungan untuk Saling Mendukung

Ingatlah bahwa hubungan yang sehat adalah tentang kerjasama dan saling mendukung. Tidak seharusnya ada pihak yang merasa lebih diuntungkan atau lebih dominan dari yang lain. Jika hubungan hanya melibatkan satu pihak yang terus-menerus berusaha menegosiasikan segala hal atau memperoleh apa yang diinginkan, maka hubungan tersebut akan menjadi tidak seimbang. Hubungan yang sehat memerlukan upaya bersama, di mana kedua pasangan berinvestasi dalam kebahagiaan dan kesejahteraan satu sama lain, bukan hanya sekadar mencari siapa yang lebih diuntungkan.

  • Masalah yang Mendasar

Jika pasangan terus menganggap kompromi dalam hubungan sebagai transaksi atau bisnis, tanpa memperhatikan perspektif atau perasaan Anda, mungkin ada masalah mendalam yang perlu dihadapi. Ketika komunikasi dan kompromi tidak dihargai, itu bisa menunjukkan perbedaan besar dalam pandangan hidup atau tujuan hubungan tersebut. Jika salah satu pihak merasa bahwa hubungan lebih mirip transaksi daripada ikatan emosional yang saling mendukung, Anda perlu mempertimbangkan apakah hubungan ini masih bisa berkembang ke arah yang sehat.

  • Pertimbangan untuk Kesejahteraan Emosional

Kompromi adalah salah satu elemen penting dalam hubungan yang sehat. Jika hubungan Anda mulai terasa lebih seperti sebuah "bisnis" atau transaksi, mungkin itu waktu untuk berhenti sejenak dan mengevaluasi apakah hubungan tersebut memberikan Anda kebahagiaan dan kesejahteraan emosional. Tidak ada yang salah dengan mendiskusikan batasan atau keinginan, tetapi hubungan yang sehat adalah tentang saling memberikan dukungan emosional dan bukan hanya berfokus pada siapa yang "menang". Jika Anda merasa bahwa kompromi tidak dihargai dan hubungan ini lebih mengarah ke transaksi, Anda berhak untuk mempertimbangkan kembali arah hubungan tersebut demi kebahagiaan dan kesehatan emosional Anda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline