Lihat ke Halaman Asli

Pemerintah Ingatkan Konsistensi FIFA

Diperbarui: 5 November 2015   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada kesepakatan FIFA, selain kesepakatan antara Presiden RI Joko Widodo dengan FIFA

Tidak heran dengan perilaku FIFA dan pengurusnya, Pasca terkuaknya Skandal Korupsi Presiden FIFA Sep Blatter, mengguncang keutuhan FIFA, seolah seperti gunung longsor, satu persatu terbanting kebawah jurang, setelah Sekjen dan anak buahnya, juga meluas ke konfederasi serta federasi.

Platini juga merasakan aliran dana suap dari FIFA, sekarang terseret Federasi Jerman yang melakukan suap untuk kepentingan Piala dunia yang telah lalu, hal ini jelas tidak bisa ditutupi cenderung merembet kepada federasi federasi dibawahnya, begitulah yang terjadi ditubuh Organisasi besar FIFA, dengan triliunan dollar perputaran uang disektor ekonomi bola.

Semangat yang dulu mewarnai tekad bulat para pendiri FIFA, tercoreng oleh sejarah perkembangan FIFA dimasa kini, FIFA yang berdiri sejak kegagalan politik hegemoni melalui penjajahan dan penindasan, memilih jalur mengikat persaudaraan dan kebersamaan diantara bangsa melalui sepakbola, membangun peradaban manusia yang sejahtera bebas dari penjajahan dan penindasan antar manusia memilih kehidupan tanpa peperangan dalam perdamaian abadi.

Pola Hedonisme yang terbawa oleh pola komersialisasi disegala bidang sepakbola, telah menodai semangat dan tekad para pendiri FIFA, timbulnya gairah para penggemar sepakbola yang sukses menjadi olahraga yang paling digemari dimuka bumi, dengan diikuti oleh bermiliar penduduk bumi, sebagai konsekwensi nya tentu menjadi wahana yang tepat bagi segala bentuk promosi produk produk untuk dipasarkan kepada konsumen.

Sementara Manusia belumlah mencapai kehidupan yang sejahtera, separoh belahan dunia masih ada dibawah garis kemiskinan, jauh dari kesejahteraan yang kita cita citakan, tentu FIFA bisa menjadi wahana tumbuhnya saling pengertian diantara bangsa serta memberikan motivasi pembangunan manusia yang masih tertinggal.

Tindakan dan perilaku Korupsi adalah salah satu indikasi kuat terjadinya penyelewengan system dan organisasi manajemen FIFA itu sendiri, hal ini merupakan hasil dari penyalah gunaan jabatan dan wewenang yang diemban kepada mereka, artinya mereka tidak taat asas kepada pengambilan keputusan berdasar atas system dan prosedur yang berlaku.

Conflict of interest para Petinggi FIFA yang menyebabkan berkembangnya budaya mencari keuntungan pribadi dan kelompok hampir seluruh pengurus sepakbola diseluruh federasi, oleh karena itulah loby FIFA menjadi ganjalan yang cukup besarbagi reformasi FIFA sekarang ini.

Budaya memelintir hasil kesepakatan yang dilansir oleh Menpora, sebagai pengikut pertemuan FIFA dan Presiden RI Jokowidodo belum lama ini, menunjukkan perilaku dan budaya loby FIFA masih ada, yang dengan berani memelintir kesepakatan dengan Negara berdaulat Republik Indonesia.

Pelanggaran atas kesepakatan adalah indikasi adanya ketidak beresan dalam manajemen FIFA, selama mereka masih tidak taat kepada system dan prosedur organisasi yang ada, maka akan timbul banyak skandal skandal baru yang mirip atau sama dengan skandal korupsi ditingkat Ptresiden FIFA.

Untuk itulah Kemenpora mengingatkan FIFA dan AFC untuk memegang komitmen terkait pembentukan tim kecil sesuai dengan hasil keputusan saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/11).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline