Lihat ke Halaman Asli

Si Manusia Unggul

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari aku bertemu dengan sekumpulan manusia-manusia palsu yang mendeklarasikan dirinya sebagai manusia unggul. Ya.. manusia unggul, manusia yang merasaunggul segala-galanya. Unggul dalam pemikiran, unggul dalam kerja, unggul dalam pergaulan dan unggul dalam cinta. Awalnya aku merasa kagum dengan semuanya itu. Bagiku sangat jarang menemukan manusia-manusia unggul sekarang ini. Apalagi manusia-manusia unggul itu kemudian berkumpul membentuk sebuah kekuatan massa.

Aku masuk begitu dalam, mendengar obrolan mereka yang bukan basa-basi, bukan seperti obrolan orang awam, bagiku mereka memang manusia-manusia unggul. Penampilan mereka mencerminkan sosok-sosok unggul, “aku ingin seperti mereka”, bisikku.

Rotasi bumi entah berputar berapa kali disaat aku masih asyik berkumpul dengan mereka. Pada suatu hari,… “hai!, manusia-manusia unggul sepertiku!”, panggil salah satu dari mereka yang datang dari arah matahari tenggelam. “ada apa!”, serempak manusia-manusia unggul itu menjawab

“Ada proyek baru buat kita”, ujar manusia unggul yang datang itu. Lalu ia duduk di sebuah geometri segitiga, ia melanjutkan, “proyek bagi manusia-manusia unggul, proyek yang hanya bisa dilakukan oleh manusia-manusia unggul seperti kita, hanya yang seperti kita”, tambahnya.

“jelas hanya kita yang bisa mengerjakan proyek ini, karena kita adalah manusia-manusia unggul”, sahut seseorang diantaranya.

“kita sarat pengalaman, kita pasti bisa mengerjakan proyek yang berat bagi orang awam”, kata manusia unggul yang lain.

“apa proyek itu?”.

“proyek membangun pyramid!”, jawabnya

semua terdiam, tercenung.

“hanya pyramid saja?”, tanya manusia unggul yang lain.

“iya”

“bagaimana bisa kamu mengambil sebuah proyek yang sangat mudah bagi kita itu”, kata manusia unggul lainnya yang tengah memakan cemilan hibrida.

Karena merasa proyek itu biasa sekali menurut manusia-manusia unggul lainnya, iapun berkilah, “aku mengambil proyek ini karena aku yakin kita bisa dengan mudah membuatnya, lalu kita buktikan kepada manusia-manusia rendah itu bahwa kita bisa melakukannya”.

“terlalu mudah”, sahut yang lain.

“aku bisa membuatnya sambil tidur”, kata manusia unggul yang lain.

“tapi kita harus membuatnya, proyek ini sudah aku ambil!!”, mohon manusia unggul itu kepada manusia unggul yang lainnya.

“membuat dimensi pyramid tidak bisa aku buat hanya dengan kedua tanganku sendiri, pyramid adalah wujud peradaban massa”.

“tolonglah, kita buktikan pada mereka bahwa kita memang benar-benar manusia unggul”, dia memohon lagi.

Aku yang saat itu terbang disudut barat laut bumi, memandang mereka yang tengah mempertimbangkan pembuatan pyramid itu. Bagiku manusia unggul seperti mereka memang tidak pantas hanya membuat sebuah pyramid limas segiempat yang sederhana, begitu mudah baginya. Mereka adalah manusia unggul yang bisa menciptakan apa saja, membuat replika bumi sekalipun.

“baiklah aku akan bergabung membuatnya, tapi hanya sekali ini, karena aku tidak mau membuat sebuah bentuk yang sederhana seperti itu lagi, bagiku itu sangat sederhana”, jawab salah satunya setelah mempertimbangkan pembuatan proyek itu.

“aku pun sepakat seperti itu”, sahut yang lain.

“terimakasih, aku berhutang budi pada kalian”, jawab manusia unggul yang memohon itu.

“aku butuh angka desimal, pecahan, ganjil, genap dan angka nol”, minta manusia unggul yang lain di sudut tenggara.

“baiklah”, jawab manusia unggul yang memohon itu.

“siapa yang menjadi ketua disini?”, manusia unggul yang memohon itu lalu bertanya.

“ya jelas kamu, kamu kan yang mendapatkan proyek itu”, ujar salah satu manusia unggul yang berada di arah matahari terbit.

Kemudian forum melegitimasi manusia unggul itu menjadi ketua proyek. Setelah itu pertemuan para manusia-manusia unggul itu pun selesai dengan rencana pembangunan pyramid yang dilakukan setelah rotasi bumi yang ke sembilan.

*****************

Tanah ini luas, kita sudah hampir mendekati garis katulistiwa, tepatnya di hutan hujan tropis yang beribu-ribu bahkan berjuta-juta floura dan fauna menghidupi garis cincin bumi ini. Aku bergabung karena aku adalah angka nol yang di butuhkan untuk menghitung dan memecahkan angka yang lain jika terjadi kebuntuan. Aku penting namun seringkali tidak penting. Aku angka yang terlahir sebagai dewa angka namun tak pernah menjadi populer, karena aku adalah kosong.

Manusia-manusia unggul itu menunggang kereta zeppelin. Mereka bersantai, ada yang membaca, mendengarkan wujud kotak yang mengeluarkan bunyi-bunyian berirama, ada yang memandang wujud kotak yang lain dimana memunculkan gambar bergerak manusia-manusia yang dianggapnya bodoh.

“sebelum sampai di garis katulistiwa, sebaiknya kita diskusikan pembuatan pyramid ini”, kata ketua proyek.

“alah nanti saja, itu masalah gampang”, jawab manusia unggul yang lain.

“tapi kita harus bersiap, minimal kita membuat rencana dasar”

“rencana dasar itu tidak perlu, kita tahu apa yang akan kita lakukan nanti”, ujar yang lain.

Ketua proyek itupun akhirnya mengalah, ia menyadari bahwa mereka adalah manusia-manusia unggul, mereka tahu betul apa yang akan mereka lakukan, mereka mempunyai intuisi yang tinggi dan inisitaif yang tinggi pula.

Tak berapa lama manusia-manusia unggul itu sudah sampai pada wilayah hutan tropis tepat di garis katulistiwa. “ayo kita mulai bekerja!”, perintah ketua proyek.

Namun manusia-manusia unggul itu diam. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.

“ayo kita harus mulai bekerja, sebelum jatuh tempo deadline”, kata ketua proyek itu lagi.

“apa yang harus aku lakukan?”,sahut manusia unggul yang tengah membawa sebuah buku yang tebalnya 30.000 halaman.

Bukan hanya satu manusia unggul yang merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan, namun semuanya.

“lalu apa yang kalian lakukan selama ini”, Tanya ketua proyek itu.

“setahu aku, kita akan membuat pyramid di padang pasir, bukan di daerah tropis”, kata manusia unggul yang tengah membawa kamera besar dengan harga diatas 10 Milyar.

“lo..kan sudah aku katakan tiga rotasi bumi yang dahulu, jika pembuatannya di daerah tropis, bukannya di padang pasir”, jawab ketua proyek.

“aku tidak dengar”, singkat manusia unggul itu.

Tiba-tiba datang manusia unggul yang lain, “ketua proyek”, panggil orang itu.

“ada apa”, jawabnya.

“aku lupa membawa pengukur kedalaman tanah”

“lo, kamu kan tugasnya hanya mengukur kedalaman tanah dan pondasi, bisa-bisanya kamu lupa membawanya, itu tanggung jawab kamu!! ”, bentak ketua proyek.

Manusia unggul itu kemudian berapologi, “aku saat itu harus mengantarkan pasanganku ke pusat mansturbasi konsumsi, dia minta di belikan merah muda, saat itu juga kemudian aku lupa”

“bagaimana bisa!”, kata ketua proyek

“ya bisa saja”, bela dia.

Kemudian manusia-manusia unggul yang lain datang silih berganti dengan alasan dan lupa yang sama, sampai akhirnya pembangunan proyek pyramid macet. Dengan gejala yang sudah tak menentu, ketua proyek itu lalu berinisiatifmeruntut mengapa hal tersebut terjadi. Ia mulai dengan manusia unggul yang pertama.

“mengapa kamu tidak membawa alat angkut yang beratnya seribu ton itu?”, Tanya ketua proyek itu.

“kami lupa karena kami merasa barang itu di bawa manusia-manusia unggul di departemen Pekerjaan umum”, jawabnya.

Lalu ketua proyek itu menuju departemen Pekerjaan Umum, “mengapa kamu tidak membawa peralatan radar?”, Tanya dia.

Manusia unggul di departemen Pekerjaan Umum menjawab. “kami kira radar dibawa oleh departemen Transportasi”.

Lalu ia menuju departemen Transportasi, “mengapa kamu tidak membawa cadangan bahan bakar?”

Mereka menjawab, “kami kira cadanganbahan bakar di bawa oleh departemen Dapur Umum”

Lalu menuju departemen Dapur Umum, “mengapa kamu tidak membawa cadangan makanan?”

Mereka menjawab, “kami kira ketua proyek yang membawanya”

Dengan adanya masalah yang jelas-jelas non teknis itu, akhirnya proyek pyramid tidak mampu memenuhi target deadline. Semua manusia-manusia unggul tidak mau disalahkan, mereka merasa telah bekerja keras dalam proses pembangunan pyramid itu.

Aku yang sedari dulu terjun begitu dalam di alam manusia-manusia unggul itu memang menyadari tidak pernah melihat mereka berkumpul untuk bekerja, yang ada hanyalah diskusi pemikiran yang kemudian onani. Kerja bagi mereka adalah implementasi yang tak perlu dipikirkan terlalu rumit, bagi mereka berfikir adalah ruang bersantai, bekerja adalah tetap ruang bersantai.

Bagiku jadilah manusia-manusia unggul itu menjadi manusia yang tak unggul lagi. Mereka hanyalah manusia-manusia biasa yang ingin dilihat unggul. Supaya berbeda maka mereka aplikasikan dengan pemikiran yang berbeda, dengan penampilan yang berbeda, dengan cara bicara yang berbeda, dengan cara berjalan yang berbeda, dan dengan tema pembicaraan yang berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline