Istilah greenflation baru-baru ini menjadi topik hangat lantaran pertanyaan yang dilontarkan oleh Gibran Rakabuming Raka kepada Prof. Mahfud MD pada debat keempat cawapres.
"Bagaimana cara mengatasi greenflation? Terima kasih", tanya Gibran kepada Mahfud MD.
Istilah greenflation sendiri merupakan gabungan dari kata 'green' yang berarti hijau dan 'inflation' yang berarti inflasi. Dikutip melalui Philonomist.com, greenflation merupakan kenaikan harga yang dipicu oleh transisi menuju penggunaan energi hijau atau ramah lingkungan. Istilah greenflation sering dimanfaatkan sebagai bentuk protes atas kebijakan menaikkan harga barang secara tidak proporsional.
Kenaikan harga atau inflasi dapat terjadi akibat harga yang dibutuhkan dalam transisi ke energi hijau yang cukup tinggi. Perusahaan yang ingin lebih ingin ramah lingkungan memerlukan beberapa logam dan mineral, seperti lithium, kobalt, dan tembaga yang lebih banyak.
Contohnya adalah penggunaan logam tersebut pada kendaraan listrik. Menurut Detikfinance, kendaraan listrik justru memerlukan bahan logam dan mineral enam kali lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan konvensional.
Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai yang juga memerlukan asupan logam dan mineral banyak. Lebih tepatnya sebanyak tujuh kali lipat dari pembangkit listrik tenaga gas.
Permintaan tinggi yang dikombinasikan dengan pasokan yang terbatas biaya menyebabkan harga komoditas penting semakin meningkat. Melalui ECB (european central bank), harga lithium dapat mengalami peningkatan harga sebesar 1000% per Januari 2020.
Greenflation inilah yang beberapa kali dianggap sebagai kesulitan dalam melawan perubahan iklim. Transisi ramah lingkungan yang dimaksudkan mengurangi dampak climate change malah terkendala dalam bidang biaya. Kenaikan biaya akibat greenflation tentunya akan sangat dirasakan masyarakat.
Contoh nyata dari bentuk keresahan masyarakat atas greenflation adalah demo rompi kuning Prancis, seperti yang disinggung Gibran di debat keempat cawapres kemarin. Demo rompi kuning merujuk pada aksi unjuk rasa masyarakat Prancis pada 2018. Disebut sebagai demo rompi kuning karena sekitar 58.600 pendemo melakukan aksi mereka menggunakan rompi kuning.
Turunnya para pendemo di jalanan Prancis disebabkan adanya kebijakan pajak karbon yang diterapkan di bawah kepemimpinan Presiden Emmanuel Macron. Masyarakat Prancis beranggapan bahwa pajak karbon mengakibatkan naiknya harga bahan bakar secara tidak proporsional.