Sebagian dari kita pasti tidak asing dengan kata "anarkisme". Kata yang sering merujuk pada aksi destruktif oleh massa di jalanan ini sering kali memiliki konotasi negatif di pikiran masyarakat. Padahal, sebenarnya anarkisme memiliki arti yang jauh lebih luas daripada sekadar kekerasan yang dilakukan oleh segelintir orang.
Pengertian Anarkisme
Anarkisme terbentuk dari kata dasar "anarki" yang berakar dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Kata tersebut terdiri dari kata imbuhan a- (tidak/tanpa/nihil) dan kata archois/archein (pemerintah/kekuasaan). Maka dari itu, secara etimologis, anarkisme dapat berarti tanpa pemerintah atau tanpa kekuasaan.
Anarkisme merupakan sistem sosialis yang menolak eksistensi pemerintahan dengan aturan-aturannya yang mengikat sehingga dapat menciptakan masyarakat tanpa hirarki yang bebas. Menurut William Godwin, seorang jurnalis sekaligus filsuf politik asal Britania Raya, penyebab adanya konflik sosial di masyarakat bukanlah dalam bentuk negara, melainkan karena adanya negara tersebut.
Perbedaan Anarkisme dan Marxisme
Anarkisme dan marxisme memiliki beberapa metodologi yang mirip. Keduanya memiliki tujuan yang sama (menghapuskan hirarki masyarakat), musuh politik yang sama (kaum konservatif dan politisi sayap kanan), serta melawan target-target yang serupa (kapitalisme dan sistem pemerintahan). Tapi bagaimanapun juga, ada beberapa hal yang membedakan kedua ideologi tersebut, seperti persepsi mereka tentang negara, kekerasan otoriter, dan organisasi-organisasi struktural. Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai pembeda antara marxisme dan anarkisme, antara lain :
- Bila marxisme ingin tetap mempertahankan eksistensi negara dalam mempsersiapkan revolusi bagi kaum proletar, maka anarkisme akan menganggap negara sebagai pemegang kekuasaan otoriter yang dengan alasan apapun harus dihapuskan.
- Para penganut marxisme melihat partai politik sebagai kesempatan bagi mereka dalam merebut kekuasaan negara, sedangkan para anarkis akan menolak berpartisipasi dalam organisasi struktural tersebut karena bagi mereka partai politik merupakan mengandung hirarkis yang memiliki kecenderungan otoritarian.
- Para anarkis beranggapan bahwa negara adalah sesuatu yang tidak dapat diterima karena penggunaan kekerasan yang sistematis terhadap rakyat biasa. Berbeda dengan para anarkis, para marxis cenderung pro dengan kekerasan yang dilakukan pemerintah. Mereka berpendapat bahwa kekerasan massal dalam melawan sebuah kudeta ataupun invasi adalah bentuk pertahanan diri secara kolektif.
Anarkisme dan Kekerasan
Meskipun tindakan anarkisme selalu dikaitkan dengan penggunaan kekerasan, beberapa anarkis menolak kekerasan destruktif sebagai satu-satunya jalan yang harus ditempuh.
Alexander Barkman melalui bukunya, What is Communist Anarchis menjelaskan, Anarkisme berarti semua manusia bebas melakukan apa yang diinginkan, memiliki kesempatan yang sama dalam memilih jenis kehidupan, termasuk kehidupan yang memiliki kedamaian serta harmoni di dalamnya. Ini berarti kekerasan tidak diperbolehkan dalam anarkisme demi menciptakan kesempatan yang sama bagi semua masyarakat dalam menikmati perdamaian yang merata.
Jenis-Jenis Anarkisme
- Anarkisme-kolektif
Anarkisme-kolektif merupakan satu dari banyak varian anarkisme yang menekankan pada penolakan kepemilikan pribadi sektor produksi. Menurut anarkisme-kolektif, para pekerja seharusnya menerima upah berdasarkan rentan waktu kontribusi yang mereka berikan pada sistem produksi dan bukannya pada kebutuhan mereka.
- Anarkisme-Komunis