Lihat ke Halaman Asli

zefanya

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional/Universitas Sriwijaya

Memahami Interseksionalitas dalam Kajian Gender

Diperbarui: 12 Maret 2023   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Interseksionalitas dalam Kajian Gender 

Konsep Interseksionalisme merupakan suatu konsep yang berbicara mengenai bagaimana sebuah identitas termarjinalkan seseorang bisa melakukan interaksi dengan sejumlah identitas lainnya, dengan demikian menciptakan suatu penyiksaan yang lebih dalam. Dalam sejarahnya interseksionalisme yakni dicetuskan oleh Kimberl Crenshaw pada tahun 1980-an dengan dasar adanya diskriminasi yang terjadi oleh para perempuan yang memiliki kulit hitam dalam bidang pekerjaan. 

Perusahaan General Motors, pada saat itu hanya mempekerjakan pria berkulit hitam serta perempuan berkulit putih sedangkan perempuan yang memiliki kulit hitam tidak dianggap. Perempuan berkulit hitam tersebut menjadi target dalam diskriminasi yang berada pada interseksionalisme karena identitas gender serta rasnya dengan demikian tingkat ketidaksetaraan yang terjadi lebih buruk. 

Menurut Crenshaw (1989) menyatakan bahwa berdasarkan teoritis diskriminasi yang terjadi oleh wanita yang memiliki kulit hitam terhapus disebabkan karena ras serta gender yang dinilai sebagai dua identitas independen yang tidak saling tumpang tindih  (Devi, 2022).

Mohanty (1984), seorang akademisi feminis asal India yang menjadi profesor di Amerika Serikat mengungkapkan: "Yang ingin saya analisis secara khusus adalah produksi "Perempuan Dunia Ketiga" sebagai subjek monolitik tunggal dalam beberapa teks feminis (Barat) baru-baru ini." Dalam menguatkan pandangan tersebut Carastathis tahun 2014 mengatakan bahwa interseksionalismee menjadi suatu cara untuk menngkonseptualisasikan hubungan antara sistem-sistem operasi yang membangun identitas kita yang memiliki sifat multipel serta juga letak sosial kita yang berada di dalam  sebuah hierarki otoritas serta privilese. 

Perspektif interseksional memunculkan pertanyaan tentang hubungan atau interaksi di antara karakteristik yang berbeda ini. Intersectionality menyatakan bahwa sifat dan identitas yang berbeda, yaitu ras, kelas dan gender, bukanlah kategori analitik independen yang dapat dengan mudah ditambahkan satu sama lain tetapi lebih merupakan lingkungan satu sama lain, dan harus dipelajari sebagai keseluruhan yang sinergis. Crenshaw dan Mohanty bersepakat bahwa perempuan mempunyai perbedaan nasib dalam batas-batas sosial, politik, geografis dan sejarah. 

Perempuan kulit putih tidak memiliki nasib yang sama dengan perempuan kulit hitam, bahkan laki-laki yang memiliki kulit hitam pun belum tentu akan mendapatkan nasib yang sama dengan perempuan kulit putih di dalam suatu kawasan yang memberlakukan sistem apartheid  (Nayati, 2021).   

Konsep Interseksionalisme juga bisa digunaakan untuk dapat lebih menganalisis mengenai penindasan yang terjadi oleh sejumlah jenis identitas yang termarjinalkan misalnya, perempuan, Transgender, anggota komunitas LBGT, Biosexual, serta orientasi dan identitas seksual yang lan. Black, Indigenous, and people of color (BIPOC) merupakan istilah yang digunakan bagi orang-orang yang tidak memiliki kulit putih, kelas sosial, serta sejumlah kategori sosial lainnya. 

Dalam perspektif neomarxisme memandang konsep interseksionalisme dengan menggunakan 2 proposisi dalam persepktif tersebut yaitu empire serta gramsianisme karena terdapat keselarasan interseksionalitas dengan multitude dalam melawan empire yang merupakan sebuah hasil dari hegemoni institusional. 

Kemudian proporsi tersebut relevan dengan perjuangan aktivis interseksional di dalam memperjuangkan keadaan interseksionalitas dengan gramsianisme dan empire. Konsep Interseksionalisme merupakan suatu konsep yang berbicara mengenai bagaimana sebuah identitas yang termarjinalkan seseorang bisa melakukan interaksi dengan sejumlah identitas lainnya, dengan demikian mewujudukan penindasan yang lebih dalam (Devi, 2022).  

Metode analisa Interseksionalime banyak disukai oleh kalangan aktivis dengan demikian melahirkan aktivisme interseksional. Aktivisme interseksional sendiri bisa diartikan sebagai suatu pengorganisasian yang menjelaskan lebih dari satu strukur penindasan dalam usaha untuk menuntuk sebuah keadilan sosial. Sehingga dalam hal ini fenomena interseksionalisme memunculkan trend baru di dalam duia aktivisme fenomena peningkatakan sejumlah aktivisme interseksional merupakan bentuk dari ketidakpuasan terhadap kondisidunia yang eksploitatif atas beberapa identitas-identitas yang tertindas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline