Lihat ke Halaman Asli

Yakin Sudah Sadar Betul dengan Kesetaraan Gender di Masa Kini?

Diperbarui: 19 Juni 2024   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kesetaraan gender telah menjadi topik yang semakin penting di era modern ini, khususnya di kalangan generasi Z. Gen Z, yang dikenal dengan pandangan progresif dan inklusif mereka, memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak-hak dan kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan. Namun, kasus-kasus yang mencuat di media sosial menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai kesetaraan yang sebenarnya.

Salah satu ilustrasi yang menarik dari ketidaksetaraan gender di masyarakat Gen Z adalah sebuah kasus viral di Twitter baru-baru ini. Dalam sebuah unggahan yang mendapat perhatian luas, seorang pengguna Twitter membagikan cerita tentang kakaknya yang akan menikah. Ceritanya menjadi kontroversial ketika diketahui bahwa calon istrinya meminta sebagian gaji suaminya untuk diberikan kepada orang tuanya, meskipun gaji tersebut sudah dialokasikan untuk kebutuhan rumah tangga dan orang tua calon suami.

Dalam konteks ini, pertanyaan yang muncul adalah, mengapa permintaan seperti itu diajukan? Apakah ini mencerminkan ketidaksetaraan gender yang masih ada di masyarakat kita? Mengapa beban keuangan harus sepenuhnya jatuh pada laki-laki, sementara perempuan tidak bekerja dan tidak berkontribusi secara finansial? Kasus ini mencerminkan dinamika gender yang kompleks dan seringkali tidak seimbang dalam hubungan rumah tangga.

Kesetaraan gender bukan hanya tentang memberikan hak yang sama kepada laki-laki dan perempuan, tetapi juga tentang menghilangkan stereotip dan ekspektasi yang membatasi peran gender tradisional. Buku berjudul "The Name of the Game" membahas isu-isu kesetaraan gender, feminin, dan maskulinitas, serta bagaimana kita seringkali terlalu cepat menilai orang berdasarkan penampilan atau peran gender mereka. 

Buku ini menantang pembaca untuk melihat melampaui stereotip gender dan memahami bahwa tidak ada satu cara yang benar untuk menjadi laki-laki atau perempuan.

Contoh dari buku ini relevan dengan kasus di Twitter tadi. Kita harus bertanya mengapa perempuan yang bersifat tomboy dianggap keren, sementara laki-laki yang bersifat feminin dianggap tidak sesuai norma. Kesadaran akan kesetaraan gender mengharuskan kita untuk menghargai setiap individu berdasarkan kemampuan dan kontribusinya, bukan berdasarkan peran gender yang diharapkan masyarakat.

Dalam konteks Gen Z, kesadaran kesetaraan gender menjadi semakin penting. Mereka hidup di era digital di mana informasi dan pandangan progresif lebih mudah diakses. Namun, masih ada tantangan besar dalam mengubah norma sosial dan budaya yang telah mengakar lama. Pendidikan dan diskusi terbuka mengenai kesetaraan gender perlu terus didorong di kalangan Gen Z agar mereka dapat memimpin perubahan positif di masa depan.

Meskipun Gen Z menunjukkan tanda-tanda kemajuan dalam hal kesadaran kesetaraan gender, tantangan tetap ada. Stereotip gender yang telah ada sejak lama masih mempengaruhi cara pandang banyak orang. Oleh karena itu, penting bagi kita semua, terutama Gen Z, untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender dan melawan diskriminasi dalam bentuk apa pun.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline