Hari ini kunikmati langit dari atap gedung kampus yang cukup tinggi untuk mendetakkan kardia..
Kulihat beberapa orang sibuk memegang berkas tebal, lalu lalang dengan dahi kusut berkerut.
Sejenak beberapa insan bergerutu tentang penantian, tentang berkas putih tebal yang tak kunjung temu lulus.
"dicoret lagi," kata gadis cantik berambut lebat. berlian mulai menghiasi pipinya, dan kuyakin itu terlahir dari lelah yang tak dapat dilukis kata. Matanya sembab, mungkin kurang tidur; suara tangisnya tercekik, seperti ingin berteriak tapi takut tak ada yang mengerti.
"Seberat itukah?" Tanyaku dalam hati.
bertahun-tahun menuntut ilmu tak pernah ada lelah sedalam semester akhir. Tak pernah ada menanti semenyebalkan berjam-jam didepan ruang dosen menunggu giliran dicoret, digampar dengan kata kasar, atau lebih buruknya dibiarkan menunggu tanpa temu.
Aku pernah diabaikan, tapi kurasa diabaikan dosen pembimbing lebih menyakitkan dari pada diabaikan kekasih hati.
Aku salut pada mereka yang kini berjuang untuk 3 Huruf ajaib, bukan ILY tentunya, tapi "ACC". Aku tertawa kecil, menyadari ACC kini lebih romantis dari pada ILY; mungkin mereka berpikir "akan datang seorang yang tulus setelah lulus".
Kutatap langit yang mulai menghitam, dewi malam mulai bersinar dengan malunya dan Kuanggap saja itu kalian. Aku tersenyum pada sang dewi berharap ia menyimpan sejuta pesanku; untuk kalian yang sedang memperjuangankan ACC, aku tau ini melelahkan; tapi sehelai jubah panjang dengan tali toga yang menunggu untuk dipindahkan tentu layak untuk dikejar. Bukankah memang itu tujuan akhir kuliah? Lalu tentang cinta, aku yakin Tuhan sedang menyediakan yang sepadan. .
Kupang,5 juli 2019.Zea
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H