Lihat ke Halaman Asli

Smart Devices, Dumb Battery

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan ini bulannya para produsen teknologi ngeCESin produk - produk baru mereka alias waktunya pamer produk dan teknologi terbaru dalam event CES (Computer Electronic Show)

Yang namanya tren teknologi itu terkadang berlaku aneh, dulu yang namanya ponsel makin kecil makin keren, ponsel yang besar kayak batu bata dihina - hina, produsen berlomba - lomba bikin ponsel sekecil dan setipis - tipisnya dengan stamina baterai yang tahan lama. Gara - gara BlackBerry, yang tadinya ponsel ber-keyboard querty hanya diminati penggila gadget, tiba - tiba semuanya bikin ponsel ber-querty yang notabene berbadan bongsor.

Di kemudian hari, Apple merilis Iphone yang pengoperasiannya serba disentuh - sentuh, meskipun berbeda teknologi, namun layar sentuh sudah lama ada, namun gara - gara iPhone semua produsen berlomba - lomba bikin perangkat yang cara pengoperasiannya full pake sentuhan. Belakangan, gara - gara Samsung dengan tablet yang bisa buat telpon akhirnya menginspirasi tren ponsel dengan layar ekstra besar (jadi rancu antara tablet sehingga memunculkan istilah phablet) termasuk Samsung sendiri yang masih menjadi pemain utama.

Nah, di ajang CES ini, yang nampaknya lagi nge-tren adalah perangkat yang disebut dengan smart watch, alias jam tangan pintar yang merupakan bagian dari wearable smart device. Sebenarnya di tahun lalu, Samsung sudah sempat merilis produk smart watch dengan judul Galaxy Gear setelah munculnya rumor bahwa Apple akan mengeluarkan produk sejenis dengan nama iWatch yang hingga kini masih sekedar rumor.

Dari perangkat berpredikat "smart" tersebut, semuanya memiliki kesamaan, yaitu membutuhkan operating system yang kompleks, butuh resource komputasi yang cukup besar, serta membutuhkan daya yang relatif lebih besar dibanding perangkat yang tidak "smart". Ujung - ujungnya adalah daya tahan baterai yang buruk, jika era sebelum smartphone sebuah ponsel cukup umum memiliki daya tahan baterai hingga 1 minggu untuk penggunaan normal, saat ini rata - rata smartphone hanya memiliki daya tahan baterai 1 hari untuk penggunaan normal. Teknologi baterai tidak berkembang secepat berkembangnya teknologi gadget, that's the problem.

Masalahnya lagi, perangkat "smart" tersebut telah merambah ke area wearable gadget, salah satunya adalah jam tangan yang kemudian dikenal dengan istilah smart watch. Apa sih smart watch? Bisa digambarkan secara sederhana smart watch adalah smartphone berbentuk jam tangan, meskipun tidak semua smart watch berdasar pada platform smartphone. Artinya lagi, dengan asumsi teknologi yang digunakan kurang lebih sama, maka daya tahan baterainya juga tidak akan jauh berbeda.

Saya merupakan orang yang terbiasa menggunakan jam tangan, dan saya terbiasa dengan jam tangan yang bebas maintenance , ganti baterai bisa 2 tahun sekali atau lebih. Buat saya menambahkan satu perangkat lagi pada daftar perangkat yang harus di charge tiap hari adalah ide buruk, buat saya cukup ponsel yang harus di charge tiap hari, apalagi kalau saya harus membawa - bawa power bank kemana - mana untuk memastikan smart watch saya tetap aktif. Jangan - jangan nanti akan ada sebuah aksesoris power bank yang bisa diikatkan di lengan atas dengan kabel yang menjulur hingga ke pergelangan terhubung dengan jam tangan.

The Inevitable

Mungkin hal tersebut tidak terelakkan, mau tidak mau, sumber permintaan yang tersamarkan oleh inovasi dan kreatifitas memaksa lahirnya gadget - gadget canggih seperti halnya smart watch yang sebentar lagi akan membanjiri pasar elektronik setelah tablet dan ponsel. Sebentar lagi produsen elektronik akan menjadi produsen jam tangan, pertanyaannya apakah produsen jam tangan akan ikut mencoba menjadi produsen elektronik?

Terus terang saya penggemar jam tangan canggih semacam Casio G-Shock, Casio Protrek, Timex, Suunto dan semacamnya. Buat saya fungsi electronic compass, altimeter, thermometer seperti yang dimiliki Casio Protrek sudah menjadikannya cukup cerdas di kalangan jam tangan. But, to the world as we speak, looks like it's not smart enough.

Mungkin masih akan lama terdapat sebuah jam tangan secerdas smartphone namun dengan daya tahan baterai seperti jam tangan (bertahan hingga bertahun - tahun), atau bahkan bisa diisi ulang hanya dengan menggerakkan tangan (kinetic) atau dengan bantuan solar cell. Namun setidaknya, saya berharap kalaupun benda seperti itu belum bisa terwujud saat ini, setidaknya ada yang membuat jam tangan hybrid, apabila daya-nya memadai maka fungsi smart watch aktif, sedangkan tidak memadai maka jam tangan akan menjadi jam tangan regular. Setidaknya saya tidak harus kebingungan mencari colokan listrik hanya untuk melihat jam ketika jam tangan saya kehabisan daya, atau saya tidak harus melakukan charge jika saya bosan dengan fungsi cerdasnya namun masih tetap bisa menggunakan jam tangan dan mengetahui waktu. Who is gonna provide such a device?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline