Lihat ke Halaman Asli

Melestarikan Tradisi Gotong Royong di Desa Wirogunan

Diperbarui: 3 Juni 2024   01:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sekarang ini gotong royong di Indonesia mulai luntur dan ditinggalkan khususnya oleh generasi muda. Dalam beberapa tahun terakhir, budaya gotong royong yang dulu sangat melekat dalam kehidupan masyarakat mulai mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti globalisasi dan digitalisasi yang menjadikan masyarakat lebih individualistis dan kurangnya memperhatikan kebersamaan. 

Menurut Analisis Sosiologi yang juga Analisis Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing mengatakan bahwa, salah satu penyebab lunturnya gotong royong adalah kemajuan teknologi media sosial.

Namun, berbeda dengan Desa Wirogunan khususnya Mondorakan dan Tisanan. Di tengah gempuran modernisasi dan individualisme, tradisi gotong royong ini masih teguh berdiri sebagai pilar pemersatu dan penguat semangat kolektif masyarakat. Gotong royong menjadi ciri khas bangsa yang menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai persatuan dan kekeluargaan dalam masyarakat. 

Sejak zaman nenek moyang, gotong royong telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat desa. Menurut Permendagri Nomor 42 tahun 2005, gotong royong adalah kegiatan kerjasama masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan yang diarahkan pada penguatan persatuan dan kesatuan masyarakat serta peningkatan peran aktif masyarakat dalam pembangunan.

Dalam konteks budaya, gotong royong mencerminkan kebersamaan yang tumbuh di lingkungan masyarakat dan melahirkan persatuan antar perorangan. Gotong royong bukan hanya untuk menyelesaikan pekerjaan Bersama, tetapi juga sebagai wadah untuk mempererat tali persaudaraan dan solidaritas. 

Dapat dilihat dengan bagaimana nilai-nilai persatuan dan kekeluargaan dapat diwujudkan melalui kerja sama dan musyawarah. Juga menggunakan nilai-nilai moral yang mempengaruhi perilaku individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Bentuk implementasi dari gotong royong di Dusun Mondorakan dan Tisanan seperti, kerja bakti membersihkan lingkungan desa dari sampah, memperbaiki infrastruktur desa dan kerja bakti saat hari besar. 

Kegiatan ini rutin dilakukan dan dilaksanakan pada hari minggu atau hari besar. Gotong royong sebelum dan sesudah terlaksananya resepsi pernikahan. Ini biasanya dilakukan warga sekitar untuk mempersiapkan berbagai keperluan, seperti membantu memasak atau dalam Bahasa Jawa disebut rewang, membantu menata kursi meja, dan pembuatan panitia untuk melancarkan acara dengan baik. Kemudian ada sinoman, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi untuk membantu melayani tamu acara dengan menyajikan makanan dan minuman.

Kegiatan gotong royong ini memberikan banyak pelajaran dan dampak positif, seperti pentingnya menjaga tradisi dan nilai luhur bangsa, kerja sama, semangat kekeluargaan dan mengajarkan pentingnya nilai-nilai moral. Gotong royong menumbuhkan rasa saling tolong menolong dan kepedulian antar warga. 

Mereka saling bahu membahu untuk menyelesaikan masalah bersama dan mencapai tujuan bersama. Tradisi gotong royong yang dilestarikan di Dusun Mondorakan dan Tisanan dapat menjadi contoh yang baik bagi dusun dan desa lainnya untuk menjaga budaya, meningkatkan nilai persatuan dan kekeluargaan.

Tradisi gotong royong juga memiliki potensi untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi desa dan masyarakatnya. Gotong royong menumbuhkan rasa saling peduli antar warga, yang merupakan kunci ketahanan desa dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan, seperti bencana alam, krisis ekonomi, atau perubahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline