Lihat ke Halaman Asli

Bumi yang Sesak Huni

Diperbarui: 21 Oktober 2023   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: www.kmamesir.org/

Tuhanku,
Bumi-Mu rasanya semakin sesak dihuni
Setiap langkah yang aku ayunkan, terdengar dentum-dentum tumpah darah di antara makhluk-Mu
Peluru-peluru melesat, menuju pada detak-detak yang memperjuangkan haknya

Bumi-Mu ini sedang asin air mata
Di salah satu tanah-Mu yang suci,
Kemana pun memandang, nampak jingga jelaga berselimut duka
Penuh siksa dan tak diragukan, bahwa itu bentuk genosida

Tuhanku,
Di salah satu tanah-Mu, tak terdengar ceria gelak tawa balita
Juga cengkerama hangat keluarga
Yang ada, tangis bocah yang gemetar kehilangan ayah bunda
Yang ada, peluk terakhir ayah pada tubuh kaku istri dan putra-putrinya
Yang ada, lautan manusia beriringan mengantar keranda
Yang ada, remaja yang memeluk keluarganya diantara puing-puing rumah
Yang ada, anak kecil yang sibuk membisikan syahadat pada adik kecilnya yang luka-luka
Yang ada, makam-makam basah para syuhada

Tuhanku,
Dalam firman-Mu, kami-kami dicipta dengan kasih dan cinta
Tapi mengapa pada mereka, seperti tiada bersisa?
Apakah memang dalam dada penjajah digariskan untuk tidak bisa mengasihi antar sesama?
Bukankah manusia dicipta dengan sebaik-baiknya?

Di Baitul Maqdis terdengar isak tangis
Para penjaga tanah-Mu terus berjuang tak gentar
Saling peluk dalam redup menjadi nyala hangat membangkitkan semangat
Tuhanku, kami memohon perlindungan-Mu

Bogor, 19 Oktober 2023

Mari kita panjatkan doa untuk para syuhada dan saudara-saudara di Palestina.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline