Lihat ke Halaman Asli

Kehilanganmu, Lagi

Diperbarui: 6 November 2018   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Pixabay

Deras menyiram atap asrama lantai tiga
Perciknya satu-dua datang mengetuk jendela
'aku datang, ayo keluar'
'tahan, tunggu dulu sebentar' bisikku pelan pada embun di jendela

Lalu Deras pelan-pelan pergi
Ia merasa diabaikan,
Padahal aku di sini sedang berusaha melepas rantai yang katanya ditempa di atas matahari
Lalu rinai datang mengganti

'aku di sini, kudengar kamu berdo'a pada Maha Kuasa untuk menghadirkan kami'
'tahan, tunggu sebentar'

Lama kau tunggu,
Dan aku tak kunjung membuka jendela

Rinai pun bosan
Baginya waktu untuk menunggu hanya akan menjadi daun gugur tak ada arti
Jalinan rantai yang di tempa di atas matahari melonggar,
Dan aku keluar

Tapi,
Tidak ada lagi sisa air dari langit
Hanya genang dengan dedaun yang jatuh, gugur
Tidak ada lagi sisa penantia hujan di luar sana

Tentang gadis hujan yang menunggu di luar,
Dengan payung merah di tangan kanan dan memainkan percik di tangan satu lagi,
Dimana kali ini kau sembunyi?
Kanapa hilang lagi?

Maaf,
Rasa tak berani yang memeluk diri selama ini memang parasit hati
Karena ego dan gengsi diri,
Aku kehilanganmu lagi untuk yang kedua kali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline