Lihat ke Halaman Asli

Panjie Akbar

Wirausaha

Fatamorgana Merah

Diperbarui: 12 Desember 2024   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berjalan melintas di garis-garis batas
Telusuri rona jingga pelangi kian terkikis
Matahari putih membakar gumpalan darah:
yang tidak lagi menyala merah

Ada dahaga tersipu di tamparan debu
Seiring langkah melayang di atas lusuhnya sepatu
Dan senyum telah menjadi limpahan tuah:
dari rangkaian bunga yang menjadi sampah

Saat doa dan rindu telah menjadi sembilu
Satu dari mereka tetap menjadi candu
Matamu selalu menjadi juru bicara:
dari terjeratnya untaian mantra

Matahari tegak dengan senyumnya, enggan bersarang
Kita akan selalu bingkai bayang-bayang
Dari fatamorgana tetap berwarna merah:
menjadi jendela di tanah utara, surga yang basah

16 Oktober 24

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline