Nanti, saat musim telah berganti,
kubawa kau berteduh di bawah pohon yang hampir mati
Menikmati secangkir jengah yang kubisikkan pada setiap rantingnya
Kuanggap ini belum selesai,
menghirup wangimu kemarin pagi;
saat tubuh berlumur minyak zaitun
Bersama bocah-bocah tengil busungkan dada,
aku berlari dan terbang bermain air hujan
Kau berjalan sangat jauh dari pekatnya asap-asap kota
Hingga minyak zaitun luruh di keringat sebab rintih malam tadi
Dan tidur adalah jalan panjang mengukir mimpi abadi
Saat bocah-bocah tengil tidak lagi tampakkan diri
Menjelang malam aku berdiri di balik pintu
Saksikan gelap dicaci maki hujan akhir November
Entah musim apakah di negerimu saat ini
Kau hanya berjalan mengitari taman bunga;
dengan pohon zaitun yang kau tanam,
bersama percik doa-doa saat hujan kemarin pagi
3 Desember 24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H