Beberapa waktu setelah itu, setelah janji itu ... suatu malam Gara mengajak Ruhi keponakan Risma yang baru es-em-pe untuk bermain ke rumah Risma. Sambil sesekali bercanda, keduanya nampak riang.
"Yi, menurut Uyi, Teh Risma itu cocok nggak menikah dengan akang?"
"Cocok, lah, Kang. Akang satu-satunya laki-laki yang cocok untuk Teh Risma!"
"Uyi lagi nyo'o gado, ya?" Gara tersenyum. Diusapnya kepala Ruhi penuh sayang. Gara sudah menganggap Ruhi sebagai adik sendiri. Dan memang, Gara adalah anak tunggal. Dia belum pernah merasakan punya adik.
"Nyo'o gado? Apa itu, Kang?"
"Memuji tapi menjilat!"
"Waduuh. Nggak, lah, Kang. Uyi nggak nyo'o gado!"
"Ha ... ha ... ha. Akang Cuma bercanda, Yi!"
Tak terasa, keduanya telah sampai di halaman rumah Risma. Tapi Gara terlihat kaget. Niatnya berkunjung mendadak diurungkan, karena di depan rumah Risma terparkir sebuah mobil mewah.
"Mobil siapa itu, Yi?" tanya Gara heran.
"Wah, Uyi tidak tahu, Kang!"