Lihat ke Halaman Asli

Idul Fitri dan Kembali ke "Setelan Pabrik"

Diperbarui: 4 Juni 2019   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh Zayn Al Muttaqien

Kalau pun saya berhenti merokok, bukan karena membaca peringatan di bungkus rokok yang mengerikan, sebab nasihat seperti itu bagi saya hanya sekadar basa-basi. Pun, bukan karena alasan kesehatan, seperti kata dokter; karena bagi para perokok, itu tak berarti. 

Saya berhenti merokok, karena alasan satu hal; Saya Ingin Kembali Kepada Fitrah. Terlebih setelah Ramadhan ini, adalah proses uninstall menuju penyucian diri untuk kembali kepada 'Setelan Pabrik'.

Fitrah yang saya maksudkan, bukan pengertian fitrah yang bermakna suci seperti yang umum diketahui; putih bersih, suci seperti bayi, tanpa dosa ... meski ketika ditanya bagaimana penjabarannya ... semua hanya geleng-geleng kepala.

Fitrah yang saya maksudkan, adalah fitrah atau maqadar atau struktur asli 'setelah pabrik' ketika manusia itu dilahirkan; Bersih, suci, muslim (tunduk patuh atau berserah diri kepada keseimbangan).

Ini berarti, satu hal yang harus dicatat, seluruh manusia ketika dilahirkan sesuai 'setelah pabrik' adalah muslim; suci dan tunduk patuh kepada keseimbangan.

Tidak, saya tidak sedang membicarakan 'agama'. Bukan muslimnya agama yang saya maksudkan, tetapi muslimnya makhluq yang bernama manusia dalam makna 'tunduk patuh atau berserah diri kepada keseimbangan'.

Dan, keseimbangan yang saya maksudkan adalah; di dalam tubuh kita ini dipenuhi dengan kitab dan undang-undang. Tak jarang, para orangtua mengatakan, 'Ngaji Diri'. Itu berarti, mengkaji kitab dan Undang-undang yang ada di dalam tubuh dan diri sendiri.

Sederhananya, salah satu pasal dari kitab atau ketetapan diri, telah mengundangkan bahwasannya alat pernafasan (hidung dan mulut) hanya diperbolehkan menghirup oksigen untuk menciptakan keseimbangan di dalam tubuh. Begitu pun, Jantung dan paru-paru, keduanya hanya boleh menerima oksigen demi keseimbangan dalam membangun korelasi dengan organ tubuh lainnya. Ini adalah spek asli dari penciptaan manusia. Karenanya, sungguh, ketika dilahirkan ke dunia ... manusia itu suci. Artinya, fitrah seluruh manusia itu adalah muslim atau penjaga keseimbangan. 

Ini berarti tidak boleh ada zat lain yang terhisap oleh alat pernafasan dan mengendap di dalam tubuh. Sebab, bila hal ini terjadi, ketidakseimbangan akan terjadi.

Karenanya, bila ada seorang Muslim tetapi tidak mengindahkan keseimbangan di dalam tubuhnya sendiri, bagaimana ia bisa menjadi Ummatan wa Satha (wasit -- penengah -- pengadil -- penjaga keseimbangan) bagi orang lain?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline