Lihat ke Halaman Asli

Kebersamaan yang Sudah Menjadi Tradisi

Diperbarui: 6 April 2016   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada masyarakat sasak, kearifan lokal merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan agama dan adat budaya. Karenanya denyut nadi kehidupan masyarakat sasak memerlukan cara-cara yang arif lagi bijaksana. Karena itu sikap yang etik yang dikembangkan masyarakat sasak setidaknya juga tercermin dari petuah para orang tua yang dapat disimpulkan dalam ungkapan-ungkapan berikut : Bagus jaq siq gaweq te be bagus sih deit te, lenge gaweq te lenge deit te (baik yang dikerjakan maka akan mendapat kebaikan pula, begitupun sebaliknya buruk yang dikerjakan maka akan mendapatkan keburukan).

Masyarakat memahami bahwa seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan oleh manusia dalam melanjutkan evolusinya, hingga mencapai tujuan penciptaan. Kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling terkait. Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup akan ikut terganggu pula.

Hubungan antara sesama manusia bukanlah merupakan hubungan antara hamba dengan tuan. Pada masyarakat suku sasak di desa saya masih kental dengan tradisi gotong-royong, contohnya seperti pada saat membangun sekolah, masjid, di desa saya masih menggunakan tradisi gotong royong apalagi itu mencakup kebutuhan masyarakat seluruhnya, saling membantu antar sesama, kebersamaannya juga sangat kuat, tradisi-tradisi yang lainnya juga di lakukan secara kompak misalnya pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang sekaligus diadakan acara ngurisan atau disebut dalam bahasa “sasak” yaitu “ngurisang” dan “begibeng” atau “makan bersama” di Masjid, yang menyediakan makanan atau alakedarnya adalah masyarakat setempat, sebelum acara itu berlangsung terlebih dahulu ibu-ibu memasak dan kemudian masakannya di bawa ke Masjid. 

Begibeng atau makan bersma itu hanya di lakukan oleh laki-laki saja dan pada saat begibeng berlangsung disini ada sedikit pembedaan antara Tuan Guru dengan masyarakat biasa, hal itu di karenakan kita sebagai masyarakat biasa sangat menghormati Tuan Guru kita.

Masyarakat sangat antusias sekali mulai dari anak-anak sampai orang dewasa menyambut acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Jadi kebersamaan itu sangatlah penting di dalam suatu kehidupan masyarakat. Dengan adanya kebersamaan maka akan tercipta kehidupan yang lebih baik.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline