Lihat ke Halaman Asli

Hari Pertama di Colombo, Sri Lanka

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari pertama di Colombo kami awali dengan lebih banyak tinggal di hotel. Rasa penat akibat penerbangan dan perjalanan masih terasa. Untungnya kedatangan kami masih dalam suasana akhir pekan. Janji berdiskusi dengan Ananda sengaja kami atur agak sore supaya dapat beristirahat memulihkan kondisi badan sebelum masuk pada pokok kegiatan pekerjaan.

Sebagaimana kebiasaan berada di tempat baru, yang pertama saya lakukan adalah mempelajari kondisi sekitar, terutama keseharian dan tipikal orang di sana, yaa…minimal yang berada di depan mata. Lumayan juga, pada tahap pengamatan awal tersebut setidaknya saya dapat mengetahui kebiasaan masyarakat setempat seperti cara berbicara, cara makan, dan juga cara berpakaian. Cara berbicara penduduk setempat rupanya mempunyai ciri khas, kepala sedikit digoyang dan telapak tangan dibuka dengan gerakan layaknya orang menjelaskan. Mungkin kalau yang sering nonton film india dapat membayangkan bagaimana gerakan dan cara pemainnya ketika berbicara satu sama lain. Kebiasaan makan mereka juga agak berbeda. Pada saat sarapan pagi kami sedikit heran, meskipun hidangannya ada yang berupa nasi, tapi di meja tidak tersedia sendok, yang ada hanya garpu dan pisau. Supaya tidak salah, sebelum makan kami perhatikan dulu tamu di sekitar. Dari baru kami tahu, rupanya  mereka makan nasi dengan menggunakan garpu. Hal lain yang saya perhatikan adalah cara mereka minum, khususnya minum teh. Sri Lanka termasuk salah satu negara penghasil teh, mereka mempunyai daerah perkebunan teh seperti di Indonesia. Ada yang unik, kebiasaan penduduk di sana jika minum teh dicampur dengan susu putih cair. Belakangan baru saya tahu jika hal tersebut merupakan kebiasaan wajib mereka sehari-hari. Makanya jangan heran ketika kita dijamu atau disuguhi minum teh selalu disertai dengan cawan berisi susu putih, atau kita akan ditanya “dengan susu” atau “tanpa susu”. Ciri khas lainnya adalah cara mereka berpakaian, khususnya kaum perempuan. Ada satu pertanyaan yang saya simpan sejak pertama kali tiba di bandara setempat. Saya perhatikan pramugari dari salah satu maskapai penerbangan mengenakan pakaian berupa kain dengan bagian perut yang terbuka. Begitu di hotel pemandangan yang sama juga saya temukan pada petugas restoran dan resepsionis. Karena penasaran saya bertanya dengan salah seorang pelayan pria. Dijelaskan oleh dia bahwa itu adalah cara berpakaian khas mereka, dan kain tersebut disebut "kain saree" yang juga dikenal sebagai kain khas Sri Lanka. Mengapa saya perlu bertanya demikian. Bagi yang tidak tahu akan sedikit terganggu dengan pemandangan cara berpakaian perempuan setempat, khususnya dengan bagian perut yang terbuka. Dan itu nantinya akan kami temui sehari-hari dimanapun bahkan di perkantoran yang megah sekalipun. Awalnya sih pandangan mata agak kikuk, tapi lama-lama menjadi terbiasa dan menganggap hal tersebut sebagai hal biasa. Sore harinya Ananda menepati janji berkunjung ke hotel untuk berdiskusi dengan kami. Topik pembicaraan masih bersifat umum dan lebih ke arah rencana yang akan dilakukan mulai hari senin nanti. Selesai itu kami diajak Ananda untuk melihat kantornya. Rupanya letak kantor Ananda tidak jauh dari hotel tempat kami menginap, hanya memerlukan waktu sekitar lima menit dengan berjalan kaki. Karena itu adalah hari libur, maka kami cukup sampai di depan gedung, lalu kemudian balik arah menuju hotel. Dari Ananda kami juga mengetahui bahwa daerah tersebut dikenal dengan wilayah Galle.

Mulai keluar hotel dan sepanjang perjalanan menuju kantor Ananda tadi dan saat berjalan kembali menuju hotel saya perhatikan berseliwiran kendaraan serupa dengan bajaj-nya Indonesia. Karena penasaran saya bertanya ke Ananda. Dari penjelasannya saya kemudian tahu kalau di Sri Lanka kendaraan tersebut dikenal dengan sebutan “Tuk Tuk”. Saya juga menjelaskan ke Ananda bahwa kalau di Indonesia kendaraan itu disebut bajaj. Dan asal tahu juga bahwa Tuk Tuk di Sri Lanka adalah setingkat dengan kendaraan taksi-nya di Indonesia. Kami juga baru tahu jika lokasi hotel tempat kami menginap sangat dekat dengan pantai. Ananda mengajak kami ke pantai tersebut, kebetulan hari juga menjelang sore dan kami bisa menyaksikan sunset dengan jelas. Kami menyaksikan begitu padatnya orang yang berkunjung di tepi pantai tersebut, dan juga jajanan pasar. Tak ketinggalan juga para tentara yang berjaga. Sepertinya pantai tersebut dijadikan tempat rekreasi terbuka oleh penduduk kota saban sore dan akhir pekan. Setelah puas menikmati keindahan sunset dan suasana pantai, kami pun beranjak balik ke hotel.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline