Lihat ke Halaman Asli

Mister Rumah di Ujung Jalan

Diperbarui: 3 Desember 2024   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Misteri Rumah di Ujung Jalan

Malam itu, langit tampak gelap gulita. Awan hitam pekat menutupi cahaya bulan, membuat jalan kecil di desa Kembang Manis terasa mencekam. Angin berembus pelan, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan sesuatu yang lebih tajam, seperti bau besi yang samar namun menusuk.

Dina melangkah cepat di tengah jalan berbatu, tas sekolahnya tergantung di bahu. Sudah hampir pukul sembilan malam, dan ia harus segera pulang sebelum ayahnya marah. Tapi yang membuatnya cemas bukanlah amarah ayahnya. Melainkan rumah tua di ujung jalan ini.

Semua orang di desa tahu tentang rumah itu. Bangunannya besar dengan jendela-jendela lebar yang seperti mata kosong, mengawasi setiap orang yang lewat. Dulu, rumah itu milik keluarga Wijaya, namun mereka semua meninggal secara misterius satu malam lebih dari dua puluh tahun lalu. Sejak saat itu, rumah itu dibiarkan kosong, perlahan dilahap waktu dan menjadi reruntuhan yang menyeramkan.

Dina mempercepat langkahnya saat melewati pagar rumah tersebut. Rumput liar tumbuh tinggi, hampir menutupi gerbang yang sudah berkarat. Ia menundukkan kepala, berharap menghindari pandangan ke jendela-jendela gelap rumah itu. Tapi sesuatu menarik perhatiannya.

Di salah satu jendela lantai atas, ia melihat bayangan seseorang berdiri diam.

Bayangan itu tak bergerak, hanya berdiri di sana, mengawasi. Dina merasa tubuhnya membeku. Pikirannya berteriak untuk lari, tapi kakinya tetap terpaku di tempat. Ia menatap jendela itu lebih lekat, mencoba memastikan apakah bayangan itu nyata atau hanya imajinasinya. Tapi sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, bayangan itu menghilang begitu saja.

Dengan napas tercekat, Dina berlari secepat mungkin menuju rumahnya.

Setibanya di rumah, Dina mendapati ibunya sedang duduk di ruang tamu, menyulam sesuatu di bawah cahaya lampu kuning yang temaram.

“Kamu terlambat lagi,” kata ibunya tanpa menoleh.

“Maaf, Bu,” jawab Dina sambil menaruh tasnya di kursi. “Tadi… ada sesuatu di jalan.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline