Cukah dan Slahin ialah sebutan orang Kerinci dialek Siulak untuk jenis ikan sungai yang bersembunyi di bebatuan. Ukurannya tidak begitu besar, paling besar sebesar jempol kaki itupun sudah langka ditemukan, namun rata-rata ukurannya sebesar jari telunjuk. Perbedaan Cukah dan Silahin ialah, Cukah bewarna agak kekuning-kuningan, sementara Silahin berwarna kehitam-hitaman. Jenis ikan Cukah dan Silahin ini agak mirip dengan spesies baung.
Ikan jenis cukah ini banyak terdapat di sepanjang sungai Batang Merao yaitu sungak Kerinci. ia hidup di perairan deras dan menjadi ciri khas ikan disungai ini. pada zaman dahulu banyak anak-anak menangkap cukah ini dengan cara "Menauh" yaitu menyelam dan meraba-raba bebatuan didalam air, lalu ketika menemukan cukah ini, dijepit dengan jari.
Pada zaman dahulu, di sungai batang merao kerinci, ketika hujan lebat dan air sungai sudah pasang, banyak anak-anak muda memancing cukah dimalam hari, dengan pancing yang dipasang berkisar tiga atau dua mata pancing. Dan ketika pancing diangkat, akan bergelantungan cukah di mata pancing tersebut yang menggunakan umpan cacing sawah.
Atau orang-orang menggunakan media tangguk untuk menangkap cukah atau Silahin ini. Cukah lebih dominan di sungai besar yang melintasi desa, sementara Silahin ini pada umumnya didapat disungai-sungai hutan/ladang.
Karena jenis ikan ini sekarang sudah langka dan jarang di dapat, maka harganya berkisar Rp. 35.000,- s/d Rp. 40.000,- per canting/kaleng bekas susu kental indomilk/susu cap nona.
Cukah/silahin ini di masak dengan cara menggoreng, di sambal, atau di bikin "palai" oleh masyarakat. Cita rasanya cukup menggugah selera dan membuat nafsu makan kita bertambah.
Bagi anda yang mau mencicipi, silahkan datang dan berkunjung ke Kerinci provinsi Jambi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H