Lihat ke Halaman Asli

Zarmoni

Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Inovasi Peninggalan Zaman Dalam Genggaman

Diperbarui: 29 Agustus 2022   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Facebook Hendi Wisnu Pamungkas 

Kerinci, Jambi, Indonesia memiliki beragam pesona dari berbagai era. Baik Pra sejarah, zaman sejarah, zaman kemerdekaan, bahkan zaman kuna. Dari masa peralihan era orde lama, orde baru, dan orde reformasi serta berbagai peninggalan sejarah, artefak, maupun benda-benda lain yang terabaikan dibiarkan punah dan aus ditelan zaman. Disamping komoditi pertanian yang melimpah ruah, semuanya bisa di jadikan inovasi untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan masyarakat.

Dari zaman dahulu, telah banyak upaya untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan didalam kehidupan masyarakat Kerinci. Seperti batik Kerinci, dimana lukisan-lukisan budaya Kerinci tergambar disana. Berbicara masalah budaya, tumbuhan sirih dan pinang merupakan sebuah tanaman yang "khas" senantiasa dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kerajinan tangan asli Kerinci seperti Jangki (Alat angkut hasil tani yang dianyam dari rotan) merupakan transportasi angkutan  bahan hasil tani di zaman dahulu banyak juga tergambar didalam batik Kerinci.

Dokpri. Membuat Batik Kerinci oleh Yenti Asmalita

Inovasi lainnya, seperti bambu, tanaman kayu manis, kayu paku tiang, banyak diolah untuk kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai buah tangan buat pelancong di Kerinci.

kesemuanya itu hanya bertahan sebentar, gairah untuk terus berkarya hilang sekejap mata, sehingga inovasi yang telah diukir "dicuri" oleh pihak lain sebagai buah karyanya sendiri. Timbulah suatu keinginan, dimana kearifan lokal, nilai budaya perlu di lestarikan tentunya dengan keterlibatan pihak penguasa untuk terus memotivasi masyarakat agar kebudayaannya terjaga dengan baik.

Dokpri. Hasil pengerajin batik Kerinci

Hampir setiap desa di Kerinci memiliki rumah adat yang diwarisi dari leluhurnya, rumah adat di Kerinci disebut dengan "Umah Gdang" yang memiliki ukiran disetiap tiang dan dindingnya. Berbagai ragam bentuk relif yang diukir di dinding dan seluruh komponen rumah gedang, jika ukiran tersebut dituangkan dalam suatu karya, maka akan melahirkan corak tersendiri, dan menunjukkan identitas tersendiri dari hasil karya tersebut. 

Dokpri. Relief ukiran pada tiang dan dinding salah satu umah gdang di Kerinci

Inovasi untuk membubuhkan relif rumah gedang kedalam suatu karya telah dipelopori oleh Penggiat Seni dan Budaya Kerinci yaitu Hendi Wisnu Pamungkas, Indra Gunawan, dan lain sebagainya. Buah karya mereka yang sering dijadikan cendera mata untuk pelancong dari luar daerah, maupun kelas internasional yaitu "Parang Kerinci". 

Parang Kerinci ini dibuat dari besi pilihan, terutama besi-besi tua dari zaman kolonial yang di bentuk oleh empu-empu pembuat parang asli Kerinci, kemudian diasah dengan nilai seni yang tinggi serta penuh kehati-hatian yang membuat hasilnya sangat memuaskan. Kemudian untuk gagang parang dan sarungnya, dibuat dari kayu pilihan asli Kerinci, diukir dengan relief yang menunjukkan ciri khas asli Kerinci sehingga sangat menggiurkan bagi para pelancong untuk mengoleksinya.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline