Lihat ke Halaman Asli

Zarkasyi Yusuf

ASN Pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh

Sujud, Vaksin Egoisme

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam tubuh manusia, ada dua hal yang akan selalu saling tarik menarik, satu menarik dalam kebaikan satunya menarik dalam kejahatan dan kebathilan, dua hal tersebut adalah nafsu dan akal. Akal akan menuntun manusia mencari jalan kebenaran, mengenal siapa diri manusia sesungguhnya, serta mengenal siapa yang berhak untuk disembah sebagai pencipta manusia itu sendiri. Namun, dengan nafsu manusia selalu dirayu untuk menjauhi diri dari kebenaran, bahkan melanggar perintah Allah, sebagai sang pencipta nafsu itu sendiri.

Dalam tatanan kehidupan, semua menginginkan kebaikan bertebaran di bumi ini, tidak ada pertentangan, tidak ada perselisihan, hidup dalam kerukunan. Salah satu yang penyebab rusaknya tatanan yang diinginkan itu adalah disebabkan oleh egoisme, sifat "keakuan" yang dimiliki manusia, merasa diri paling hebat, paling kuat, paling berkuasa dan paling-paling lainnya yang mengantarkan manusia dalam jurang ketakaburan. Lalu, bagaimana memperbaiki ini semua, vaksin apa yang cocok untuk menetralisir sifat keakuan yang dimiliki manusia? Salah satu formula yang tepat adalah sujud.

Secara bahasa kata sujûd (سُجُوْد) berarti "meletakkan kening ke atas permukaan bumi, merendahkan diri, dengan maksud menghormat". Arti lain dari kata ini ialah "merendahkan diri" atau "menghinakan diri". Hakikat dari sujûd adalah "suatu bentuk perbuatan tertinggi yang dilakukan oleh orang atau sesuatu dengan cara merendahkan diri di hadapan yang dihormatinya". Pengertian ini sifatnya umum, baik bagi makhluk yang berakal maupun yang tidak berakal. Secara terminologis kata ini berarti "pernyataan ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt. dengan cara meletakkan kedua kaki, kedua lutut, kedua tangan, dan muka di atas lantai (tanah) sambil menghadap ke arah kiblat". Meletakkan kening ke atas permukaan bumi hanya salah satu bentuk amal, tetapi intinya merendahkan diri untuk menghormati, meskipun tidak dalam bentuk itu. Oleh karena itu, kata sujûd di dalam Alquran dipakai untuk menunjukkan perbuatan sujud, baik yang dilakukan oleh manusia, malaikat, maupun oleh makhluk lainnya, seperti bintang dan pepohonan. Di dalam Alquran terdapat 91 kata sujûd beserta derivasinya. Kata sujûd dan bentukannya di dalam Alquran ditemukan sebanyak 92 kali. Dalam bentuk katasajada (سَجَدَ) sendiri dijumpai 2 kali, yaitu pada Surah Al-Hijr [15]: 30 dan S. Shad [38]: 73. Keduanya diungkapkan dalam konteks pembicaraan mengenai sujudnya para malaikat dan pembangkangan iblis kepada Tuhan.

Dalam kajian ilmiah, seorang doctor neorolagi Amerika telah melakukan penelitian panjang tentang sujud, dia menemukan sebuah keajaiban yang tidak dapat diterima oleh logikanya. Doktor neorologi ini berkesimpulan bahwa Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal, darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia melainkan pada ketika seseorang itu sedang sujud saat mengerjakan Sholat. Urat tersebut memerlukan darah hanya untuk beberapa saat saja. Yakni, darah hanya akan memasuki urat tersebut mengikuti kadar shalat waktu yang diwajibkan. Doktor Amerika ini akhirnya masuk islam dengan penemuaanya tentang keajaiban sujud.

Colombia University pernah melakukan penelitian tentang otak. Ternyata, di otak terdapat sebuah bagian yang tidak teraliri darah. Tapi, bagian tersebut dapat teraliri darah bila kita melakukan gerakan khusus seperti sujud yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Efek dari teraliri-nya bagian dari otak tersebut adalah dapat membuat kerja otak menjadi maksimal. Dalam penelitian itu juga terungkap bahwa manusia melakukan hal-hal jahat yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya, walaupun akal mereka mengetahui bahwa perbuatan yang akan dilakukan itu adalah salah dengan kehendak mereka. Inilah menggambarkan ketidak mampuan otak mereka untuk mempertimbangkan akan perbuatan mereka itu secara lebih normal.

Sujud, adalah bukti bahwa manusia rendah, hina, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apapun di hadapan sang penciptanya. Kemauan untuk sujud kepada Allah merupakan salah satu nilai identitas yang harus kita miliki sebagai ummat Muhammad, ummat Muhammad adalah mereka yang mau sujud dan ruku' kepada Allah SWT, demikian disebutkan dalam akhir surat Al-Fath. Kepala yang merupakan anggota terhormat, bahkan kadang sebahagian orang marah jika kepalanya dipegang, namun ketika menghadap Allah, kepala yang diagungkan harus diturunkan sejajar dengan kaki yang posisinya dihinakan.

Sujud merupakan persoalan besar dalam kehidupan, bahkan Iblis yang dulunya bernama 'azazil bertugas sebagai komando malaikat dicap terkutuk (ar-rajim) oleh Allah SWT karena keangkuhannya tidak mau sujud kepada Allah melalui perintah sujud kepada Adam, dan dia dinamakan Al-mublis, yaitu putus dari segala rahmat Allah. Iblis berargumen bahwa dia enggan sujud disebabkan karena dia lebih dari pada Adam, Adam diciptakan dari tanah sedangkan Iblis diciptakan dari Api, unsur api lebih mulia dari unsur tanah, demikian anggapan iblis yang mengantarkan dirinya angkuh.

Bercermin pada peristiwa ini, bahwa sujud akan sangat menentukan karakter manusia, semakin tinggi kuantitas dan kualitas sujudnya tentu akan semakin tinggi nilai akhlak dan sikapnya dalam menjalani kehidupan. Manusia ahli sujud tidak akan pernah merasa berkuasa meski memiliki kekuasaan, tidak pernah merasa kaya meski banyak hartanya, tidak pernah merasa pintar meski telah dikukuhkan sebagai seorang guru besar. Singkatnya, ahli sujud akan mengucapkan lahaula wala quwwata illa billah.

Sujud membawa dampak yang luar biasa, sujud adalah pekerjaan besar yang tidak mungkin dilakukan oleh sembarang orang, dan hanya orang-orang yang khusyuk hatinya yang sanggup melakukan sujud. Rajin mengerjakan shalat lima waktu merupakan formula tepat dalam melatih kita untuk menjadi hamba yang selalu sujud, shalat lima waktu adalah manivestasi iman yang membuktikan egoisme manusia kandas oleh keagungan Allah SWT. Untuk itu, jangan pernah abaikan shalat lima waktu.

Perlu kita catat, bahwa seandainya seluruh penduduk dunia ini tidak mau sujud (melakukan maksiat) Allah tidak akan pernah turun derajatnya sebagai khaliqul a'lam. Sebaliknya, andai 6 Milyar penduduk bumi ini seluruhnya taat dan patuh kepada Allah, Allah pun tidak akan pernah naik derajatnya. Jadi, sujud tidaknya kita kepada Allah mamfaatnya akan kembali kepada kita. Untuk itu, jangalah menetang yang Maha Berkuasa, Jangan melawan Sang Pemilik Alam, dan jangan angkuh di hadapan pemilik segalanya (lat batat kayee bate). Egoisme adalah modal kehancuran yang akan mengantarkan manusia masuk kejurang kelam, menyeret manusia kelembah kenistaan yang berakhir dengan murka Allah. Hadih maja telah memberikan warning bahwa ujub sum'ah, riya teukabo, sinan yang leu ureung binasa (ujub dan sum'ah, riya dan takabur, inilah yang menyebabkan kehancuran banyak orang), untuk itu lawan egoisme dengan sujud kepada Allah. Sebab ahli sujudlah yang akan sukses menghadapi dinamikan kehidupan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline