Lihat ke Halaman Asli

Melestarikan Budaya Merak Api di Suku Sasak

Diperbarui: 14 April 2016   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya merupakan suatu proses yang di hasilkan oleh manusia dan akan selalu di jadikan sebagai tradisi turun temurun dari generasi ke generasi. Salah satu  budaya yang masih menjadi tradisi di suku sasak terutama Lombok Tengah adalah merak api.
Merak api merupakan adalah suatu rangkaian proses dalam rangka memberikan nama bagi bayi yang baru lahir (1). 

Jadi merak api merupakan budaya masyarakat Lombok tengah dalam rangka memberikan nama kepada bayi yang baru lahir, biasanya merak api ini di lakukan pada hari ketujuh setelah anak tersebut lahir, selama satu minggu itu bayi di larang untuk keluar rumah dan tidak boleh di tinggal sendir,  karena menurut kepercayaan masyarakat Lombok tengah, banyak berkeliaran mmakhluk halus, oleh sebab itu bayi yang baru lahir harus selalu di terangi dengan lampu dan tidak boleh berada di tempat yang gelap.

Dalam proses merak api ini, pada waktu pagi biasanya keluarga dekat, kerabat dan tetangga berdatangan ke rumah orang yang mengadakan acara merak api dengan membawakan beras, sedangkan malamnya di gunakan untuk memasak dan biasanya di lakukan oleh perempuan sedangkan laki-laki tugasnya memotong dan membersihkan ayam atau bebek untuk di jadikan sebagai makanan roah pada pagi harinya. 

Roah merupakan kegiatan berzikir yang di lakukan oleh laki-laki dan merupakan bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia berupa anak (2). Acara roah biasanya mengundang tokoh agama yang berada di lingkungan sekitar, Nah malamya itu orang tua sudah mempersiapkan nama untuk sang bayi dan setelah selesai roah maka bayi tersebut telah resmi punya nama. Acara roah itu biasnya di rangkaikan dengan acara “begibung tun dulang” maksudnya sisa makanan dari orang roah itu di makan bersama oleh masyarakat setempat, supaya tidak ada makanan yang mubazir.

Di dalam acara merak api, banyak terkandung nilai kebersamaan dimana semua keluarga, kerabat maupun tetangga bersatu padu dalam melestarikan budaya ini dan saling tolong menolong dalam kegiatan memasak sehingga dapat menjadi berguna bagi semua.  
Sebagai generasi muda sudah sepatutnya kita melestarikan budaya dari nenek moyang karena itu merupakan warisan yang sangat berharga, dan belum tentu daerah lain mempunyai warisan seperti itu, kalau bukan kita siapa lagi. 


Sumber:
(1) Nurhabibah, hasil wawancara pada tanggal 10 April pukul 18.19 WITA
(2) H. Habiburrahman, hasil wawancara pada tanggal 10 April pukul 18.30 WITA

Ilustrasi gambar: Begibung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline