Lihat ke Halaman Asli

Sejumput Romantisme di Ufuk Angan

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Krrrkkk…krrrkkk…krrrkkk...! Handphone di saku rokku bergetar. Jemariku yang tengah lincah bergerak diantara keybard notebook berhenti seketika. Dengan cekatan kuraih handphone yang tersembunyi dibalik saku.

“SATU HARI MENJELANG ULTAH MY DEAR HUSBAND”. Sebuah memo yang terangkum dalam agenda handphone-ku mengingatkan. Aku tersenyum tipis penuh bahagia. Rasanya tak sabar menanti esok.

Sebelum melanjutkan pekerjaan, kusempatkan mengirim sms pada suamiku tercinta. “Mas cyang…,thnks dah jd bagian t’indah dlm hdpku. Met krj! Btw mlm ni mo mkn pa?”

Aku kembali melanjutkan pekerjaan. Berjibaku dengan pekerjaan --yang lumayan menyita waktu dan pikiran-- tak terlalu membuatku menanti balasan sms dari suamiku. Yang ada dalam benakku hanyalah rancangan konsep majalah edisi spesial Idul Fitri.

“Aduh, Bu Pimred ini giat banget. Makan siang dulu yuk…!” tiba-tiba sebuah suara mengusik pekerjaanku. Rupanya Nina --sang editor-- hendak mengajak makan siang.

Aku tersenyum tipis, “Biasalah, abisnya konsep edisi spesial Idul Fitri belum mateng nieh!” sepertinya dahiku sedikit berkerut.

“Makanya isi dulu perutnya. Otak ga bisa diajak kompromi, kalo perutnya belum disogok,” Nina mengelus-elus perutnya seraya tersenyum.

Aku pun beranjak dari pekerjaan. Sepertinya perutku juga sudah mulai protes, meminta untuk diisi. Maka segera kuikuti langkah Nina untuk hunting makan siang.

Saat makan siang pikiranku tertuju pada Mas Arif, suamiku tercinta. “Kenapa dia gak balas smsku? Dia udah makan belum ya?” usik hatiku. Kemudian kucoba menelepon Mas Arif namun tak mendapat jawaban. Kembali kukirim sms, “Mas…, d’t4get mkn siang! Jg kshtn!”.

Kali ini aku benar-benar mengharapkan balasan sms darinya. Sepertinya rasa kesal mulai menyeruak ke dalam hatiku. Merasa tidak memiliki tempat di hatinya.

Dari siang sampai sore pikiranku tertuju pada Mas Arif yang tak jua membalas smsku. Alhasil pekerjaanku pun terganggu. Ide untuk menjadikan edisi spesial Idul Fitri lebih unik tak jua hadir, padahal dua hari lagi rapat final redaksi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline