Manusia itu makhluk yang bermain (homo ludens) sekaligus makhluk yang memperlambangkan (homo symbolicum) yang signifikansinya terlihat melalui bahasa. Dalam relasinya dengan yang lain di dalam dunia ini, ia tampil sebagai makhluk yang bermain dengan simbol-simbol.
Prof. Louis Leahy SJ (Siapakah Manusia: 2001) mengatakan manusia itu hidup dalam suatu alam semesta simbolik; bahasa, mitos, seni, dan agama adalah bagian dari semesta ini. Maka, seluruh tindakan manusia harus dibaca sebagai 'perilaku simbolik' sebagai upaya untuk memberi makna terhadap hidupnya
Bagi saya, Pak Jokowi adalah seorang Presiden yang sangat mengetengahkan simbol-simbol dalam kepemimpinannya. Sebagai seorang Jawa yang berasal dari Solo, Pak Jokowi sangat sering menampilkan simbol-simbol tertentu yang menimbulkan rupa-rupa tafsir di masyarakat.
Membaca arah dukungan Pak Jokowi dalam pilpres 2024 ini, menurut saya, mesti diteropong dengan sudut pandang manusia sebagai homo ludens dan homo symbolicum itu dalam rangka untuk membaca seberapa kuat relasi dan intensi komunikasi Pak Jokowi kepada para khalayak.
Sebagai seorang "petugas partai" PDI-Perjuangan, masyarakat pasti mudah menebak bahwa Jokowi mendukung Ganjar Pranowo, capres yang diusung oleh ketum Megawati Sukarnoputri. Setiap petugas partai mesti tegak lurus dengan keputusan ketua umum, bukan?
Namun, pada saat yang hampir bersamaan, kita bisa melihat sisi lain Pak Jokowi yang memperlihatkan otonomitas beliau sebagai seorang Kepala Negara di hadapan kerangkeng "petugas partai" dan slogan "tegak lurus pada keputusan ketua umum partai."
Nah, untuk melihat "pemberontakan" sebagai otonomitas Pak Jokowi itu, kita bisa melihatnya dengan simbol-simbol yang ditampilkan oleh Pak Jokowi melalui medium seperti bahasa, pakaian, gestur tubuh, hingga unggahan di media sosialnya sebagai sebuah isyarat.
Pertama, menggunakan batik bercorak parang curigo yang merupakan bilah keris tanpa warangka saat lawatan ke Malaysia. Parang curigo ini memperlambangkan kecerdasan, ketenangan, dan kewibawaan (prabawa). Menariknya, di Malaysia itu hadir juga Menhan Prabowo.
Ini merupakan sikap tegas dukungan Pak Jokowi ke Prabowo Subianto pasca menyampaikan proposal perdamaian di Forum IISS Shangri-La Dialogue yang bisa dibaca sebagai sebuah usulan yang cerdas dan mengangkat kewibawaan negara. Menariknya, di saat memperkenalkan Prabowo ke PM Anwar Ibrahim, Jokowi mengatakan: "Ini sahabat baik bapak."
Dengan demikian segala riuh yang dibunyikan oleh lawan-lawan politik Prabowo karena dianggap "offside" soal perdamaian Rusia vs Ukraina, ditenangkan langsung oleh Pak Jokowi.
Kedua, banyak yang melihat gestur tubuh Pak Jokowi cenderung tidak nyaman ketika berada dalam satu forum dengan Ganjar di hajatan PDI-P terutama pada waktu haul Bung Karno dan pengumuman pencapresan Ganjar di Batu Tulis.