H-5 Peringatan Sumpah Pemuda
Bukan Nostalgia Jalan Kenangan
Alhamdulillah, saya senang sekali bisa mengenang kembali momen-momen bersejarah yang pernah dibuat para pemuda Indonesia sejak 83 tahun yang lalu. Saya sangat senang bisa mengajak para pemuda untuk sejenak me-review perjalanan sejarah pemuda Indonesia, menengok peran historisnya, karena tidak bisa dipungkiri bahwa republik ini lahir berkat perjuangan tiada henti para pemuda. Karena kita adalah pemuda, maka kita tidak boleh lupa dengan jejak yang kita telah tinggalkan.
Benedict Anderson, seorang Indonesianist, mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pernyataan ini memang sesuai apabila dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa ini, di mana pemuda menjadi aktor dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Begitupun jika berbicara tentang kepemimpinan di Indonesia, semenjak sebelum kemerdekaan, pemimpin relatif didominasi kaum muda. Banyak tokoh pada saat itu berusia 30 dan 40-an tahun, misalnya Bung Karno dan Bung Hatta berusia 44 dan 43 tahun saat disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, Bung Syahrir berusia 40 tahun waktu menjadi PM, Muhammad Natsir berusia 42 tahun saat menjadi PM, Jenderal Sudirman wafat pada usia 36 tahun, Pak Harto menjadi Presiden RI pada usia 46 tahun.
Tahun 2010 merupakan waktu yang sangat tepat untuk mencanangkan Kepemimpinan Pemuda Indonesia. Pasalnya, selain akan memasuki usia ke-83 untuk peringatan Sumpah Pemuda, pada saat yang bersamaan bangsa Indonesia juga telah memperingati 13 tahun Reformasi.
Sumpah Pemuda Sebuah Manifesto
Berkumpulnya pemuda dari beragam latar belakang suku, agama dan bahasa membulatkan tekad demi menggalang persatuan bangsa guna berjuang melawan penindasan kaum kolonialis dalam Kongres Pemuda pada tahun 1928 yang menghasilkan sebuah deklarasi yang disebut Sumpah Pemuda, merupakan simbol kekuatan perubahan (agent of change) yang dimiliki pemuda.
Sumpah Pemuda selama ini dianggap sebagai sesuatu yang dengannya bangsa ini lahir. Dulu, ketika Sumpah Pemuda dicetuskan dalam Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928, Indonesia masih berupa konsep. Hal yang paling mengesankan ialah para pemuda saat itu amat sadar akan perjuangan kemerdekaan dari penjajah dan membentuk sebuah tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu: Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka dan melangsungkan pembangunan nasional, Sumpah Pemuda tidak dilupakan. Setiap 28 Oktober diperingati untuk mengenang peran dan kiprah para pemuda dalam sejarah bangsa ini. Manifesto yang tertanam sejak 79 tahun yang lalu ini telah berulang kali memberikan andil besar terhadap arah dan semangat pergerakan pemuda dalam menyelamatkan Indonesia dari jurang kehancuran. Oleh sebab itu, goresan sejarah Indonesia tidak akan pernah luput dari lembaran sejarah kepemudaanya.
Peristiwa tahun 1928, 1945, 1965, 1998 merupakan bagian dari seri kontribusi pemuda Indonesia bagi bangsanya, yang pasti akan terus berlanjut hingga akhir zaman. Karena secara sosiologis pemuda merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki sifat progresif, kritis dan idealis, dan selalu 'gelisah' ketika melihat jalannya kehidupan yang tidak ideal. Sifat dasar inilah yang menjadi api bagi pemuda untuk terus menyikapi perjalanan bangsanya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga tetap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. Hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia. Sebab, sebagai sebuah negara dengan wilayah yang besar dan pendidikan politik masyarakatnya yang relatif rendah, setiap pemerintahan yang berkuasa di Indonesia akan cenderung melakukan penyimpangan dalam setiap kebijakannya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat sebagai stakeholder Republik Indonesia secara politis belum cukup aktif dalam mengupayakan pengkontrolan terhadap kebijakan dan prilaku politik penguasanya, sehingga peran pemuda dalam hal ini menjadi sangat penting dalam menstimulus partisipasi politik rakyat dalam upaya mengontrol setiap kebijakan yang dibuat penguasa.
Tumbangnya kekuasaan Presiden Suharto pada tahun 1998, merupakan satu titik balik proses keterbukaan politik di Indonesia. Gerakan reformasi telah menghancurkan rezim otoriter dan menggantinya dengan demokrasi. Kiprah pemuda dalam era reformasi ini ditekankan pada pengawalan proses perubahan sistem politik Indonesia agar tidak jatuh kembali ke dalam rezim otoriter. Pemuda Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan membangun kedewasaan berpolitik masyarakat agar mereka dapat bertindak sebagai pengawas dan pengontrol kebijakan pemerintah.
Mengapa Harus Pemuda ?