Lihat ke Halaman Asli

Grosir Stik Es Krim Exxowood

Grosir Stik Es Krim 085735851428

Ziarah ke Makam Rasul

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ziarah ke Makam Rasul


Biasanya orang yang mencintai sesuatu tandanya ia akan sering menyebutnya. Maka, orang mukmin diperintah untuk selalu mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi SAW supaya terus terpupuk cinta kita kepadanya. Allah sendiri menyontohkannya dengan memberi salam kepada kekasih-Nya itu.


"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Qs. [33]: 56)


Menurut para ahli tafsir bahwa shalawat dan salam itu berlangsung terus menerus dan berulang-ulang, bahkan sebelum Nabi terlahir ke dunia, ketika berada di dunia maupun setelah Nabi berpindah ke alam kubur.


Jika memang demikian, lalu apalah artinya shalawat dan salam kita dibandingkan dengan shalawat dan salamnya malaikat kepada Rasul? Apalagi dibanding shalawatnya Allah?


Bisa jadi, shalawatnya seorang mukmin kepada Rasul adalah dalam rangka melengkapi salam kepadanya dari dua alam yang berbeda: alam rendah dunia (manusia) dan alam tinggi di langit (malaikat). Ini untuk memberikan penghormatan yang besar kepada Nabi SAW.


Ada dua kondisi mukmin dalam mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi SAW, yaitu: dari dekat dengan berziarah ke Makam Rasul di Madinah, dan dari jauh (di manapun berada). Keduanya akan mendapatkan respon yang berbeda sebagaimana diriwayatkan dalam banyak sekali hadis shahih.


Pertama: shalawat dan salam yang diucapkan dari dekat, Rasul dapat mendengarnya langsung, dan akan menjawab setiap salam yang ditujukan kepadanya. Hadis Abu Hurairah RA: "Tidak seorang muslim pun yang mengucapkan salam kepadaku, kecuali Allah kembalikan ruhku sehingga aku bisa menjawab salamnya" (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Thabarani & Al-Baihaqi, dishahihkan pula oleh Imam Nawawi, dan seluruh perawinya tsiqaat; dapat dipercaya)


Imam Ahmad bin Hanbal menambahkannya dengan kalimat "di dekat kuburku" dalam hadis tersebut. Maka, sebagian besar ulama meyakini bahwa dalam kondisi seperti ini Nabi menjawab langsung salam dari umatnya.


Hal ini bisa juga dipahami dari berbagai pandangan ulama tafsir, bahwa para nabi dan syuhada hakekatnya adalah hidup, dan kehidupan para nabi tentu lebih kuat, andai saja tidak terkubur dalam tanah, mereka seperti sedang tidur saja.


"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, bahwa mereka itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (Qs. [2]: 154) (lihat juga: Qs. [39]: 42)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline