Jika anda pernah nonton film India produksi tahun 1980 sampai 1990-an, banyak sekali menceritakan tentang sosok bandit atau pemeran antagonis berasal dari institusi pemerintah yang memiliki kekuasaan besar. Film tersebut bukan hanya cerita fiktif belaka, namun diangkat dari kisah nyata tetang apa yang sebenarnya terjadi disana. Mereka membuat film sebagai bentuk perlawanan terhadap oknum di institusi negara yang melakukan korupsi, tidak bermoral dan berkolaborasi dengan penjahat dalam melakukan kejahatan, bahkan melindungi mereka atas nama hukum.
Tuan Takur begitu terkenal dalam film India, seorang pengusaha kaya raya yang sangat jahat, bengis dan tidak segan-segan melukai rakyat kecil demi kepentingan usahanya. Tuan takur sendiri dilindungi oleh oknum di institusi negara sehingga begitu leluasa dalam menindas rakyat. Kisah Tuan Takur ini bukan hanya ada dalam film India saja, tetapi juga dalam dunia nyata, terutama di negeri Nusantara ini.
Jika kita ingin jujur, kisah teror air keras terhadap Novel Baswedan dan korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini sama persis seperti apa yang terjadi dalam cerita-cerita di film India. Kita sudah tau siapa saja aktor yang bermain dalam film ini dan bagaimana alur ceritanya. Sayang, selain sebagai pemeran antagonis, para oknum ini juga berperan sebagai penulis skenario dan sutradara. Mereka berkuasa untuk menulis dan mengatur alur cerita sehingga jagoan (pemeran protagonis) tidak mampu menyelesaikan cerita dengan happy ending bagi rakyat.Mereka bahkan bisa mempermalukan sang jagoan di depan penonton dan menjadikan mereka sendiri sebagai pahlawan.
Saya yakin Novel tau siapa saja oknum yang punya kekuatan besar bermain dalam sejumlah teror kepada penyidik KPK di film India-Nusantara ini. Namun, menyebutkan siapa saja mereka sama saja seperti bunuh diri, alias pencemaran nama baik. Novel tidak memiliki kekuatan besar dan cenderung hanya sendiri saat ini. Para oknum bandit ini bukanlah bandit kelas teri, preman Tanah abang atau begal jalanan, mereka adalah bandit besar, terdidik dan punya kekuasaan. Mereka punya kekuatan besar untuk mengatur skenario bangsa dan menyingkirkan siapa saja yang dianggap mengganggu.
Seperti kata Novel sendiri, mengungkap siapa yang bermain disini bukanlah perkara sulit, namun berani atau tidak. Makanya, disini sangat dibutuhkan adanya pemeran protagonis (jagoan) dari kalangan institusi negara itu sendiri untuk memberangus para oknum mafia di dalamnya. Moga saja mas Vijay Nusantara akan muncul sebagai jagoan untuk menghancurkan si 'Tuan Takur'. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H